Sumber Materi: Prof. Dr. Ir. H. Alam Anshary, M.P.,ASEAN.En - Fakultas Pertanian UNTAD
Pengendalian Alami dan Hayati
Pengendalian alami adalah mempertahankan jumlah populasi di dalam batas atas dan bawah dengan aktivitas lingkungan secara keseluruhan (Alston : 2011). Faktor fisik dan biotik yang merupakan bagian dari faktor lingkungan dapat mempertahankan batas atas dan bawah. Batas atas dan batas bawah tersebut beragam tergantung pada keadaan geografi, atau dapat berubah karena waktu di dalam kondisi geografi. Pengendalian hayati secara tradisional dibatasi pada aktivitas musuh alami dan serangga fitofog pemakan gulma, meskipun ruang lingkup tersebut kemudian diperluas yaitu termasuk di dalamnya semua aktivitas organisme hidup. Ciri-ciri musuh alami yang efektif menurut van Emden, antara lain :
- Mempunyai daya cari yang Tinggi (High Searching Capacity). Sifat ini merupakan kemampuan untuk menentukan inangnya bilamana inangnya berada pada populasi yang rendah.
- Inangnya Spesifik (Kekhususan Inang). Tingginya kekhususan inang ini menggambarkan adaptasi biofiologi parasitoid yang baik, sehingga kurang tergantung pada perubahan populasi inangnya.
- Mempunyai potensi Laju Peningkatan yang tinggi. Sifat ini penting terutama apabila musuh alami hidup pada lingkungan yang bervariasi.
- Kemampuan musuh alami untuk menempati dan hidup dengan baik pada semua Nise Inang
- Musuh Alami harus dapat dibiakkan dalam kondisi Laboratoris. Sifat tersebut terutama untuk memudahkan memproduksi musuh alami dalam program kolonisasi dan penyebaran musuh alami ke lapang.
Pengendalian hayati adalah strategi pengendalian alami yang memanfaatkan agen hayati untuk pengendalian hama. Pada pengunaan secara konvensional, istilah ini biasanya mengarah pada praktik membiakkan dan melepaskan musuh alami (parasotiod, predator, pathogen). Batasan pengendalian hayati yang lebih luas adalah meliputi setiap kegiatan pengelolaan yang terkait yang dirancang untuk melindungi atau melestarikan musuh alami (Mayer, 2003). Ruang lingkup pengendalian hayati meliputi :
- Mendatangkan musuh alami, atau pengendalian hayati klasik.
- Berbagai kegiatan pengelolaan dapat digunakan untuk mengoptimalkan kelangsungan hidup serta efektivitas musuh alami
- Musuh alami mampu bertahan hidup dan/atau menetap di lingkungan yang baru, serta kadang-kadang bisa dibiakkan dalam jumlah besar dan secara berkala diliris untuk menekan populasi hama.
Menurut mayer (2003), ciri-ciri agen hayati yang efektif adalah sebagai berikut :
- Kisaran inang sempit. Predator generalis mungkin musush alami yang baik tetapi mereka tidak membunuh hama dengan cukup ketika mangsa jenis lain juga tersedia
- Adaptasi iklim. Musuh alami harus dapat bertahan pada iklim yang ekstrim yang akan mereka hadapi di lingkungan baru
- Sinkroni dengan siklus hidup inang (mangsa)
- Potensi reproduksi tinggi. Agen biokontrol yang baik menghasilkan jumlah besar keturunan.
- Kemampuan pencarian yang efisien. Dalam rangka untuk mempertahankan hidup, musuh alami yang efektif harus mampu menemukan mangsa
- Waktu penanganan singkat. Musuh alami yang mengkonsumsi mangsa denga cepat dan teratur.
- Hidup pada kerapatan mangsa yang rendah. Jika musuh alami terlalu efisien, dapat menghilangkan pasokn makanan sendiri dan kemudian mati kelaparan.
RANGKUMAN
Pengendalian alami adalah mempertahankan jumlah populasi di dalam batas atas dan bawah dengan aktivitas lingkungan secara keseluruhan. Pengendalian hayati secara tradisional dibatasi pada aktivitas musuh alami dan serangga fitofog pemakan gulma, meskipun ruang lingkup tersebut kemudian diperluas yaitu termasuk di dalamnya semua aktivitas organisme hidup. Pengendalian hayati adalah strategi pengendalian alami yang memanfaatkan agen hayati untuk pengendalian hama. Batasan pengendalian hayati yang lebih luas adalah meliputi setiap kegiatan pengelolaan yang terkait yang dirancang untuk melindungi atau melestarikan musuh alami.