TEKNIK PENGENDALIAN GULMA
Sumber: Ratnawati (BPTP Aceh)
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma dapat menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang (Wikipedia, 2010).
Selain kerugian dari sisi kompetisi, ada beberapa jenis gulma yang mempunyai sifat alelopati yaitu kemampuan mengeluarkan zat yang bersifat racun dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman tertentu. Misalnya Imperata cylindrica menghasilkan zat phenol, Juglans nigra dapat memproduksi hydroksi juglon, Artemisia absinthium mengeluarkan zat absintin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara kultur teknis, mekanis, biologis, dan khemis, oleh karena harus dilakukan secara intensif (Widiyati et al. 2001 dalam Fadhly, 2004).
Teknik Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara:
1. Preventif (pencegahan)
Cara pencegahan antara lain :
- Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma
- Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang
- Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak
- Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan
- Pembersihan ternak yang akan diangkut
- Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.
2. Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
- Pengolahan tanah. Pengolahan tanah menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor yang berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma, penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi,
- Pembabatan (pemangkasan, mowing). Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval (ulangan) Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat.
- Penggenangan. Penggenangan efektif untuk memberantas gulma dengan menggenangi sedalam 15 – 25 cm selama 3 – 8 minggu. harus cukup terendam sehingga pertumbuhan gulma tertekan.
- Pembakaran. Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 – 55°C, kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmianya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pembakaran juga dapat mematikan insekta dan hama lain serta penyakit seperti cendawan, bakteri kekurangan dari sistem ini dapat mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi.
- Mulsa (mulching, penutup seresah). Penggunaan mulsa untuk mencegah cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan plastik.
3. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, bakteri sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi dapat erpotensi mengendalikan gulma secara biologis
4. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
- Ashton, F. M. adnd T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principles and Pratice. 3rd Ed. John Wiley and Sons, Inc.: New York. 466 p.
- Eprim, Yeheskiel Sah. 2006. Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Terhadap Kompetisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam di Lahan Alang-alang (Imprata cylindrica (L.) Beauv.). Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
- Fadhly, A.F. dan Tabri, F. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
- Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fischer. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 874 hal.
- Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan, 2007, Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
- Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan,1985, Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tanggal Artikel : 08-12-2014.
- Radiyati, T., 1992. Pengolahan Kedelai. Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan-LIPI.
- Smith, J. R. 1981. Weed of Majpr Economic Importance in Rice and Yields Loisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Procidings of The Conference on Weed Control of Rice. IRRI. Manila. Philippines.
- Sutikno, Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utam, Jakarta.
- Tyas 2010. Persaingan Gulma Teki dengan Tanaman. Kedelai.http://breederlifeblogspot.com/2010/02/persaingan-gulma-teki-dengan tanamanhtml/ (diakses 3 Maret 2015).