Selamat Datang di Halaman PERLINTAN - Perlindungan Tanaman - Website Jurusan MPLKSerangga Hama PertanianMateri Praktek Perlindungan TanamanParasitoid Hama TanamanOPT Tanaman PertanianPredator Hama TanamanMateri Kuliah Perlindungan TanamanMusuh Alami HamaLearn, practice, and be rich (English) - Belajar, berlatih, dan menjadi sejahtera (Indonesia) - Meup onle ate, mua onle Usif (Timor)
Banner UC IPM
Banner Biological Control
Banner Dirjen Pangan
Banner Diren Perkebunan
Banner Dirjen Hortikultura
         

WAKTU APLIKASI PESTISIDA

Penentuan waktu aplikasi didasarkan pada ambang ekonomi (AE), ada juga yang menggunakan istilah ambang tindakan pengendalian (AP). Cara ini merupakan salah satu variasi dari aplikasi kuratif dan merupakan cara yang dianjurkan dalam pengendalian hama terpadu (PHT). Pada cara ini, penyemprotan dilakukan jika populasi hama atau intensitas serangan penyakit telah mencapai suatu nilai tertentu, yang disebut nilai ambang ekonomi atau nilai ambang pengendalian. Sebagai contoh, dalam menangani kasus hama wereng, Penyemprotan dilakukan jika populasi wereng mencapai 10 tor nimfa wereng per rumpun padi.

Pertimbangan Cuaca Aplikasi

Di samping pertimbangan-pertimbangan di atas (perkembangan OPT dan jenis pestisida), faktor cuaca sangat menentukan kapan pestisida diaplikasikan. Faktor-faktor cuaca yang penting untuk dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1. Gerakan Udara

Bila pada saat penvemprotan tidak angin sama sekali, droplet yang di-ymprotkan akan segera jatuh lurus ke bawah sesudah lepas dari dorongan tekanan sprayer. Bila ada angin vang sesuai, droplet (terutama droplet yang halus sempat "melayang-layang" dan "berputar-putar" terlebih dahulu sebe-lum menempel pada sasaran. Saat melayang-layang dan berputar-putar itulah droplet semprotan dapat menyusup ke bidang sasaran yang sulit dijangkau.

Hindari penyemprotan pada saat tidak ada angin dan cuaca panas terik gerta kering karena pada saat semacam itu gerakan udara vertikal (termik, termal) sering terjadi dan sulit diramalkan. Hal ini dapat berakibat kurang baik bagi kesehatan karena droplet yang sangat halus dapat terhirup masuk ke saluran pernapasan. Penyebaran droplet juga kurang bagus jika tidak ada angin. Penygmprotan sebaiknya dilakukan saat kecepatan angin antara 3-5 km/jam, vang ditandai dengan gerakan tidak teratur daun-daun tanaman. Berbagai macam kecepatan angin dan kesesuaiannya untuk melakukan penyemprotan dapat dilihat pada Tabel 1.

Penyemprotan juga jangan dilakukan saat angin kencang, karena berakibat sebagai berikut:

  • Pestisida yang diaplikasikan tidak seluruhnya mengenai bidang sasaran, sehingga recovery penyemprotan rendah.
  • Distribusi droplet tidak merata
  • Banyak drift (droplet halus yang keluar dari bidang sasaran) yang dapat mencemari lingkungan nontarget. Palam hal herbisida, drift dapat mengenai tanaman tetangga yang tidak toleran terhadap herbisida tersebut.

Tabel 1. Kecepatan angin dan kesesuaiannya untuk melakukan penyemprotan

Line002
Kecepatan angin (km/jam) Tanda alami Kesesuaiannya untuk melakukan penyemprotan
<2,0 Asap tegak lurus Jangan menyemprot saat panas terik dan udara kering
2,0 - 3,2 Asap sedikit membelok Jangan menyemprot saat panas terik dan udara kering
3,2 - 6,5 Daun bergerak-gerak tidak teratur Saat yang ideal untuk menyemprot
6,5 - 9,6 Daun bergerak-gerak ke satu arah Jangan menyemprot herbisida
9,6- 14,5 Daun dan ranting bergerak debu dan kertas mulai beterbangan Jangan menyemprot sama sekali
     

2. Presipitasi

Penyemprotan jangan dilakukan jika hari hujan atau diperkirakan akan hujan. Penvemprotan vang segera diikuti oleh hujan akan mengakihatkan pestisida (terutama insektisida, fungisida, dan herbisida pasca-tumbuh) ter-cuci, sehingga efikasi berkurang. Kecuali efikasi berkurang, pestisida tercuci akan mencemari lingkungan.

Dewasa ini banyak pestisida yang dalam formulasinya dicampur bahan perekat (sticker) untuk mengurangi pencucian oleh air hujan. Banyak juga pestisida yang pada label atau petunjuk penggunaannya mencantumkan kata-kata 'tidak tercuci oleh hujan yang turun satu jam sesudah aplikasi'. Akan tetapi demi amannya, sebaiknya tidak ada hujan satu hingga dua jam sesudah aplikasi.

3. Kelembapan Udara

Di sebagian besar wilayah Indonesia, kelembapan udara umumnya tidak menjadi hambatan bagi aplikasi pestisida, terutama untuk penyemprotan di darat. Akan tetapi, di daerah beriklim kering atau di musim kemarau yang ejcstrem, kelembapan dapat turun hingga kurang dari 30%. Bila udara kering, droplet sempotan dari formulasi pestisida yang dalam aplikasinya dicampur ajr (water based formulation), terutama vang sangat halus, akan mudah menguap dan hilang tidak mengenai sasaran.

4. Suhu Udara

Suhu udara mempengaruhi gerakan udara ke alas (termal atau termik) dan penguapan. Ketika udara sangat panas dan tidak ada angin, udara cende-rung bergerak ke atas, sehingga droplet yang berukuran sangat halus berpo-tensi hilang sebagai drift. Saat suhu udara tinggi, potensi penguapan dari droplet yang sangat halus juga bertambah. Bekerja saat udara sangat panas juga tidak nyaman, keringat banyak keluar, dan kita cenderung lebih sering menyeka wajah untuk mengeringkannya. Tindakan ini dapat mengakibatkan kontaminasi wajah oleh pestisida, karena saat menyemprot tangan (atau sa-rung tangan) dan lengan baju kerja sudah terkontaminasi pestisida.

Saat udara panas, kebanyakan hama tanaman tanaman bersembunyi di balik helaian daun atau di dalam tanah, sehingga kemungkinan mereka tidak terpapar pestisida. Hal ini penting untuk diperhatikan, terutama bila kita mengaplikasikan insektisida kontak.

Pertimbangan Lain untuk Aplikasi

Ada OPT yang dapat menyerang kapan saja sepanjang umur tanaman. Narnun, banyak OPT yang menyerang pada stadia tertentu selama pertumbuh-an tanaman. Dengan kata lain, setiap stadia pertumbuhan tanaman mempunyai OPT-nya sendiri-sendiri.

Penyakit bulai jagung (Peronosclerospora maydis), misalnya, hanya menyerang tanaman jagung sebelum jagung berumur sekitar 40 hari. Sesudah umur tersebut, jagung umumnya tidak lagi diserang bulai. Oleh karena itu, pengendalian bulai jagung seyogianya hanya dilakukan sebelum tanaman jagung berumur 40 hari. Penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit (jamur) pada saat jagung sudah berurnur lebih dari 40 hari sama sekali tidak ada gunanya.

Lalat buah (Bractocera dorsaiis) cabai hanya menyerang tanaman cabai yang sudah berbuah, sehingga tidak ada gunanya penyemprotkan insektisida untuk lalat buah sebelum tanaman cabai tersebut berbuah, sekalipun hanya sebagai tindakan preventif.

Dalam pengendalian gulma, dikenal adanya masa kritis tanaman terhadap gulma. Pada jagung, misalnya, masa kritis itu adalah ketika jagung berumur antara 10 - 40 hari. Artinya, gulma yang tumbuh antara umur kritis tersebut akan sangat mempengaruhi (menurunkan) hasil jagung. Sedangkan gulma yang tumbuh sebelum dan sesudahnya tidak banyak mempengaruhi hasil, meskipun dapat mempengaruhi faktor lainnya (mempersulit pekerjaan di ladang, dsb.). Oleh karena itu, usaha pengendalian gulma pada tanaman ja­gung diarahkan pada masa kritis itu.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka para petani sangat disarankan untuk membuat semacam kalender tanaman agar dapat mengetahui hama dan penyakit utama yang mungkin akan menyerangnya. Dengan cara demikian, petani dapat mengantisipasi saat-saat kritis di mana hama dan penyakit datang. Dengan mengetahui kapan hama dan penyakit umumnya menyerang, petani dapat mengkonsentrasikan pengendalian (termasuk penyemprotan bila djperlukan) pada saat-saat kritis tersebut.

2. Masa Tunggu (Holding Period; Waiting Period, Post Harvest Interval)

Masa tunggu adalah rentang waktu (biasanya dalam hari atau minggu) sgbelum panen, saat penyemprotan pestisida (insektisida dan fungisida) harus djhentikan. Masa tunggu ini sangat penting, agar produk pertanian yang djperdagangkan dan dikonsumsi tidak mengandung residu pestisida (terutama insektisida dan fungisida) yang berlebihan.

Lima masa tunggu tidak sama. tergantung pada jenis pestisida, takaran Bgstisida, dan jenis tanaman yang disemprot. Misalnya, masa tunggu tanaman terong untuk insektisida diafentiuron adalah 7 hari; mentimun 3 hari, melon 7 hari, kacang-kacangan 14 hari, kubis dan Cruciferae lainnya 14 hari.

Setiap produk perlindungan tanaman yang diperdagangkan sebaiknya mencantumkan kapan saat terakhir pestisida tersebut boleh diaplikasikan sebelum di panen. Bila lama masa tunggu tidak dicantumkan, pedoman yang dapat kita pakai adalah tanaman tidak disemprot lagi sedikitnya 1 minggu sebelum panen.

DAFTAR & PENGELOMPOKAN PESTISIDA YANG BEREDAR DI INDONESIA

Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering © 2025 Politeknik Pertanian Negeri Kupang - Alamat: Jl. Prof. Dr. Herman Yohanes, Lasiana, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Telepon: +62380881600 Fax: +62380881601 Email: ppnk@politanikoe.ac.id. - We learn, practice, and be rich - Kami belajar, berlatih, dan menjadi sejahtera - Meup onle ate, mua onle Usif - Designed By JoomShaper