Selamat Datang di Halaman PERLINTAN - Perlindungan Tanaman - Website Jurusan MPLKSerangga Hama PertanianMateri Praktek Perlindungan TanamanParasitoid Hama TanamanOPT Tanaman PertanianPredator Hama TanamanMateri Kuliah Perlindungan TanamanMusuh Alami HamaPerlindungan Tanaman adalah usaha untuk melin­dungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996)
Banner UC IPM
Banner Biological Control
Banner Dirjen Pangan
Banner Diren Perkebunan
Banner Dirjen Hortikultura
         

Konsep Gangguan, Kerusakan, dan Kerugian

Sumber:  da-Lopez, Y. F., Lapinangga, N. J., & Bunga, J. A. (2020). Bahan Ajar Perlindungan Tanaman (MLK22203/2(1-1)) untuk Program Studi Manajemen Pertanian Lahan Kering. Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (P4M), Politeknik Pertanian Negeri Kupang.  https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/perlindungan-tanaman/materi-kuliah-perlintan

A. Gangguan (Disturbance)

Gangguan dalam konteks perlindungan tanaman didefinisikan sebagai setiap penyimpangan dari kondisi fisiologis dan morfologis normal tanaman yang berpotensi menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen. Manifestasi gangguan dapat bersifat biotik, seperti lubang pada daun akibat aktivitas makan serangga atau bercak daun karena infeksi patogen, maupun abiotik, seperti klorosis akibat keracunan limbah industri atau kerusakan fisik oleh angin kencang (Natawigena, 1993).

Keberadaan gangguan pada tanaman budidaya merupakan hasil interaksi dinamis dalam sistem agroekosistem. Terdapat beberapa model konseptual yang menjelaskan timbulnya gangguan:

  1. Konsep Segitiga Penyakit/Gangguan (Disease Triangle)
    Konsep klasik ini menyatakan bahwa suatu gangguan timbul dari interaksi simultan antara tiga komponen: inang yang rentan (susceptible host), patogen atau jasad pengganggu yang virulen (virulent pathogen/pest), dan lingkungan yang mendukung (favourable environment). Dalam ekosistem yang stabil dan beragam, seperti hutan primer, keseimbangan ketiga faktor ini cenderung terjaga, sehingga wabah gangguan jarang terjadi (Scholthof, 2007).

  2. Konsep Segiempat Gangguan (Disease Square)
    Konsep ini memperluas model segitiga dengan menambahkan peran manusia (human) sebagai faktor keempat. Praktik budidaya monokultur, penggunaan varietas unggul yang rentan, dan manipulasi lingkungan secara intensif oleh manusia seringkali menggeser keseimbangan agroekosistem, menciptakan kondisi yang ideal bagi ledakan populasi OPT (Stenberg, 2017). Sistem pertanian modern dengan keragaman inang yang rendah dan lingkungan yang tidak stabil sangat rentan terhadap model gangguan ini.

  3. Konsep Piramida Gangguan (Disease Pyramid)
    Sebagai pengembangan lebih lanjut, konsep piramida memasukkan faktor waktu sebagai komponen kunci. Faktor waktu diperlukan bagi terjadinya serangkaian peristiwa, mulai dari infeksi awal, penetrasi, perkembangan di dalam inang, hingga munculnya gejala dan penyebaran gangguan. Konsep ini sangat relevan untuk memahami dinamika epidemi atau wabah, di mana durasi paparan kondisi yang mendukung menentukan tingkat keparahan gangguan (Sharma et al., 2020).

Segitiga Gangguan
Segiempat Gangguan
Lima Gangguan
Keterangan: L = Lingkungan, P = Jasad Pengganggu, I = Inang, M = Manusia, W = Waktu.
 

B. Kerusakan (Damage)

Kerusakan merupakan realisasi atau konsekuensi nyata dari suatu gangguan, yang diekspresikan sebagai pengurangan aktual dalam kuantitas atau kualitas hasil panen. Dari perspektif ekonomi, kerusakan adalah kegagalan tanaman untuk mencapai potensi hasil yang optimal baik secara kuantitas maupun kualitas (Untung, 1984).

Contoh untuk membedakan kedua bentuk kerusakan ini adalah:

  • Kerusakan Kualitas: Serangan kumbang daun (Epilachna spp.) dan ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites) pada tanaman kangkung menyebabkan daun berlubang-lubang. Meskipun berat panen (kuantitas) mungkin tidak berkurang signifikan, nilai estetika dan pasar dari daun kangkung tersebut menurun drastis, yang berakibat pada turunnya harga jual.

  • Kerusakan Kuantitas: Serangan penggerek buah pada kapas (Strymon melinus) dapat menyebabkan keguguran buah sebelum matang. Peristiwa ini secara langsung mengurangi jumlah buah (kuantitas) yang dapat dipanen, meskipun kualitas buah yang tersisa mungkin tetap baik.

Hubungan antara intensitas gangguan dan tingkat kerusakan tidak selalu linear. Faktor seperti fase pertumbuhan tanaman, daya kompensasi tanaman, dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu tingkat gangguan tertentu (Savary et al., 2021).

C. Kerugian (Loss)

Kerugian merupakan dampak akhir dari rangkaian peristiwa gangguan dan kerusakan, yang diterjemahkan ke dalam nilai ekonomi dan sosial. Penurunan kualitas hasil menekan harga jual, sementara pengurangan kuantitas membatasi volume penjualan. Kombinasi keduanya berujung pada berkurangnya pendapatan yang diterima oleh produsen (petani), yang selanjutnya berdampak pada aspek sosial-ekonominya (Untung, 1984).

Penting untuk dipahami bahwa kerugian tidak hanya ditanggung oleh produsen. Dalam sistem pasar, konsumen ikut merasakan dampaknya karena mereka harus membayar harga yang lebih tinggi untuk produk pertanian dengan ketersediaan yang lebih terbatas dan kualitas yang terkadang lebih rendah (Savary et al., 2021). Dengan demikian, kerugian didefinisikan sebagai dampak sosio-ekonomi negatif yang dialami oleh kedua ujung rantai pasok, yaitu produsen (petani) dan konsumen (masyarakat), sebagai akibat dari penurunan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Analisis mendalam mengenai kerugian ini menjadi dasar penentuan ambang ekonomi (economic threshold) dalam strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), untuk memastikan bahwa tindakan pengendalian yang diambil secara ekonomi justified (Peterson et al., 2018).


Daftar Referensi

  • Natawigena, H. (1993). Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya.
  • Peterson, R. K. D., Varella, A. C., & Higley, L. G. (2018). Economic decision rules for IPM. In Integrated Pest Management (pp. 35-50). Academic Press. 
  • Savary, S., Willocquet, L., & McRoberts, N. (2021). Modeling the impact of crop diseases on global food security. Annual Review of Phytopathology, 59, 1-23. 
  • Scholthof, K. B. (2007). The disease triangle: pathogens, the environment and society. Nature Reviews Microbiology, 5(2), 152-156. 
  • Sharma, S., Kooner, R., & Arora, R. (2020). Insect Pests and Crop Losses. In Insect Pests and Their Management (pp. 1-24). Springer, Singapore. 
  • Stenberg, J. A. (2017). A conceptual framework for integrated pest management. Trends in Plant Science, 22(9), 759-769. 
  • Untung, K. (1984). Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset.
Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering © 2025 Politeknik Pertanian Negeri Kupang - Alamat: Jl. Prof. Dr. Herman Yohanes, Lasiana, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Telepon: +62380881600 Fax: +62380881601 Email: ppnk@politanikoe.ac.id. - We learn, practice, and be rich - Kami belajar, berlatih, dan menjadi sejahtera - Meup onle ate, mua onle Usif - Designed By JoomShaper