ULAT JENGKAL (Looper cutworm)
Populasi tinggi dari hama ini dapat terjadi sejak di persemaian hingga anakan maksimum. Larva muda (Gambar A) memarut jaringan epidermis tanaman, meninggalkan lapisan bawah daun yang berwarna putih . Larva yang sudah tua (Gambar B) makan dari pinggiran daun sehingga tampak gejala seperti Gambar D. Larva bergerak seperti ulat jengkal dengan cara melengkungkan bagian belakang tubuhnya. Tanaman padi yang diberi pupuk dengan takaran tinggi sangat disukai hama ini. Populasinya meningkat selama musim hujan. Ngengat (Gambar C) aktif pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi di dasar tanaman atau di rumput-rumputan.
Hama ini jarang menyebabkan kehilangan hasil karena tanaman yang terserang dapat sembuh kembali dan juga musuh alami dapat meneka populasi hama ini. Oleh karena itu, untuk mengendalikan hama ini sebaiknya dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur Trichogrammatidae; parasit larva dan pupa seperti Ichneumonidae, Braconidae, Eulophidae, Chalcidae; dan laba-laba pemangsa ngengat.
Tingkat Kerusakan
Gejala Serangan
- Ulat makan daun muda dan tua, sehingga daun berlubang.Serangan larva terjadi pada tanaman stadia vegetatif dan generatif.
- Serangan larva instar muda menyebabkan bercak-bercak putih pada daun, karena yang tertinggal hanya epidermis dan tulang daun.
- Pada serangan berat oleh larva yang lebih besar, maka daun hanya tersisa tulang-tulang daun dan tanaman gundul.
Bioekologi Hama
- Ngengat (kupu-kupu) betina lebih kecil dari pada jantan dan meletakkan telur satu per satu pada permukaan daun dalam kelompok yang berisi 50 butir. Ngengat betina bertelur 442-598 butir. Ngengat berwarna gelap dan bintik-bintik keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan.Fase ngengat biasanya 8 hari.
- Telur mula-mula putih berubah menjadi kuning. Fase telur 3-4 hari.
- Larva yang baru menetas berwarna bening dan kepalanya hitam, selanjutnya berubah hijau. Larva menglami 4 ganti kulit dan periode larva 14-19 hari. Dinamakan ulat jengkal karena perilaku sewaktu bergerak dengan melekukkan badan ke atas.
- Mula-mula kepompong berwarna hijau dan selanjutnya berubah kecoklatan. Kepompong dalam kokon berada dalam daun yang dianyam. Periode kepompong 6-11 hari.
Ambang pengendalian hama ulat jengkal
Tabel 1. Ambang Pengendalian Ulat Jengkal | ||
Instar 1 | 200 larva/10 rumpun | atau >25% daun terserang pada umur 11-30 hst. |
Instar 2 | 120 larva/10 rumpun | |
Instar 3 | 20 larva/10 rumpun | |
Instar 4 | 30 larva/10 rumpun | atau >12,5% daun terserang pada umur 31-100 hst. |
![]() |
Teknik Pengendalian
- Pola tanam melalui pengaturan waktutanam, agarstadium vegetatif pada waktu bersamaan.
- Tanam jagung sebagai perangkap.
- Cara mekanis : pengumpulan dan pemusnahan telur dan larva.
- Sanitasi gulma untuk mengurangi kemungkinan tanaman inang lain.
- Aplikasi agensia hayati Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV). Beberapa jenis parasitoid dapat pula dimanfaatkan, misalnya Trichogramma sp (Hymenoptera, Trichogrammatidae) sebagai parasit telur dan Cotesia sp (Hymenoptera, Braconidae) sebagai parasit larva.
- Aplikasi insektisida anjuran yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian jika telah melebihi ambang ekonomi seperti di atas. Insektisida yang efektif misalnya orthene 75 SP 0,1% atau Hostathion 40 EC 0,2%. Insektisida lainnya antara lain Basudin 60 EC, Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S, Karphos, atau bisa juga dengan Hostathion.
Sumber: BBPP KETINDAN
Beberapa species ulat jengkal: Iridopsis pergracilis, Trichoplusia ni, Chrysodeixis chalcites, Chrysodeixis includens, Phigalia titea, Phaeoura mexicanaria, Chrysodeixis argentifera, Erannis tiliaria, Lambdina pellucidaria, Caripeta divisata, Caripeta piniata, dan lain-lain.