Kegiatan PKM Prodi MPLK di Desa Tesbatan-2015
Pemanfaatan Sumber Bahan Organik Lokal dalam Budidaya Hortikultura di Dataran Tinggi Tesbatan
Desa Tesbatan merupakan salah satu desa di kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Desa ini merupakan penghasil beberapa komoditas hortikultura seperti kol, kol kembang, tomat, terung, ketimun dan bawang putih. Komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan permintaan pasar. akan komoditas tersebut terus meningkat. Walaupun permintaan pasar akan komoditas-komoditas di atas terus meningkat, akan tetapi sampai saat ini petani di Tesbatan belum mampu memenuhi permintaan tersebut karena masih rendahnya produksi komoditas yang diusahakan.
Rata-rata produksi hortikultura di Tesbatan masih sangat rendah dibandingkan dengan produksi optimum yang dapat dicapai. Produksi kol berkisar 11,4ton/ha, kol kembang 15 ton/ha, tomat 9 ton/ha, ketimun 16,6 ton/ha dan bawang putih 2,7 ton/ha (Ratu Rihi et al., 2007). Jika dikelola dengan baik maka produksi optimum dari komoditas di atas dapat mencapai hasil yang tinggi, untuk kol produksi optimum yang dapat dicapai adalah 86 ton/ha, tomat 74 ton/ha, ketimun 49 ton/ha dan bawang putih dapat mencapai 74 ton/ha (Novizan, 2007).
Menurut Ratu Rihi et al. (2007), walaupun merupakan pemasok hortikultura terbesar di kabupaten Kupang, Kota Kupang dan sekitarnya, Tesbatan bukan merupakan sentra produksi hortikultura. Hal ini disebabkan tidak kontinyunya petani dalam mengusahakan komoditas tersebut. Budidaya hanya dilakukan oleh petani berkisar pada bulan November-Juli setiap tahun. Di luar bulan tersebut, petani tidak mengusahakan tanaman mereka karena alasan kekeringan walaupun tersedia air dari sungai Tesbatan yang tetap mengalir dengan debit sungai yang mengecil. Pada bulan-bulan tersebut biasanya petani beralih profesi menjadi tukang (buruh bangunan) atau ikut dalam berbagai proyek yang diadakan oleh PEMDA melalui berbagai Dinas setempat. Dengan demikian pasokan komoditas hortikultura tersebut terhenti sementara sehingga harga dipasaran akan meningkat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan Pemaparan di atas maka perumusan masalah yang dapat diangkat sebagai berikut :
- Rendahnya hasil produksi hortikultura petani disebabkan karena keterbatasan petani dalam mengusahakan sumber hara bagi tanaman. Umumnya petani menggunakan pupuk kandang Sapi dalam jumlah yang terbatas, sementara pupuk anorganik harganya kian mahal.
- Waktu tanam petani yang berkisar pada November-Juli disebabkan karena diluar bulan tersebut hasil yang mereka peroleh sangat rendah karena karena menurunnya debit sunga
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah :
- Peningkatan produksi hortikultura dengan memanfaatkan sumber bahan organik setempat baik sisa panen maupun gulma setempat yang banyak dijumpai di lahan petani.
- Penggunaan Lahan lebih intensif diluar kebiasaan petani yang hanya menggunakan lahan pada bulan November- Juli. Untuk menekan kehilangan air pada musim kemarau akan dilakukan dengan memanfaatkan gulma lokal setempat yakni Andropogon timorensis sebagai mulsa anyaman dan mulsa vertikal.
Kegunaan
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh masyarakat adalah :
- Sisi Ekonomi : meningkatkan pendapatan petani. Budidaya lorong yang diterapkan dengan mengusahakan tanaman sayuran dan pisang diharapkan mampu memberikan pendapatan mingguan dan bulanan bagi petani.
- Sisi Ipteks : Selama ini petani belum menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air yang tepat. Dengan memanfaatkan tumbuhan atau gulma lokal sebagai sumber hara dan mulsa organik diharapkan terjadi peningkatan kesuburan tanah.
Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Desa Tesbatan merupakan salah satu desa di kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Desa ini merupakan penghasil beberapa komoditas hortikultura seperti kol, kol kembang, tomat, terung, ketimun dan bawang putih. Komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan permintaan pasar. akan komoditas tersebut terus meningkat.
Dalam melakukan budidaya hortikultura, petani terbagi dalam beberapa kelompok tani. Salah satu kelompok tani yang telah eksis adalah kelompok tani Hidup Baru tersebut. Kelompok tani ini terdiri dari 25 orang. Ketua kelompok tani adalah Bapak yang merupakan penduduk Asli. Anggota kelompok tani Hidup Baru tersebut umumnya warga Tesbatan yang telah lebih maju dalam hal budidaya tanaman dan banyak dari mereka yang merupakan orang yang dituakan di lingkungan tempat tinggal. Sehingga kelompok tani ini sering menjadi contoh bagi kelompok-kelompok lain yang ada di Tesbatan.
Masalah utama yang sering dihadapi oleh petani adalah terbatasnya pupuk yang mereka berikan pada tanaman yang berdampak pada kurangnya hasil yang diperoleh. Selain itu debit air sungai yang mengecil dimusim kemarau membuat mereka enggan mengusahakan lahan mereka saat itu dan memilih menjadi buruh bangunan, tukang ojek dan lain sebagainya.
Metode Pelaksanaan
Dalam kegiatan ini direncanakan akan membuat kebun buah pisang dengan sistem lorong. Dimana tanaman pisang akan ditanam dengan bentuk lorong (alley cropping) sementara di dalam lorong tanaman pisang akan diusahakan tanaman sayuran seperti sawi, cabai merah, tomat dan beberapa tanaman yang biasa diusahakan petani setempat.
Adapun tahapan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
- Pelatihan. Kegiatan pelatihan akan dilakukan sebanyak dua kali yakni pelatihan pembuatan bokashi dari sumber bahan lokal dan pelatihan pembutan mulsa organik baik berupa mulsa anyaman dan mulsa vertikal. Kegiatan ini direncanakan akan melibatkan 50 orang, dimana 25 orang berasal dari kelompok tani Tamnaukuan dan sisanya merupakan perwakilan dari kelompok tani lain yang ada di tesbatan. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah petani dapat membuat bokashi sendiri dan mulsa organik dengan memanfaatkan potensi yang ada di lahan mereka.
- Metode Demplot. Dalam Metode ini akan dibuat contoh kebun seluas satu hektar. Di dalam kebun tersebut akan diusahakan tanaman pisang secara budidaya lorong, dan di dalam lorong tersebut akan di budidayakan tanaman sayuran. Waktu penanaman sayuran akan dirancang sedemikian rupa sehingga diharapkan petani dapat memanen sayuran secara berkala.
- Pendampingan dan penyuluhan. Pendampingan akan dilakukan setiap dua minggu sekali dengan memanfaatkan hari sabtu. Pendampingan akan terus dilaksanakan baik selama kegiatan berlangsung maupun setelah selesai kegiatan. Di dalam kegiatan pendampingan ini jika terdapat masalah yang dihadapi petani akan di diskusikan bersama untuk mencari jalan keluarnya.
- Evaluasi. Evaluasi kegiatan akan dilaksanakan sebanyak dua kali, yakni pada pertengahan dan akhir kegiatan. Tujuan evaluasi untuk mengetahui kendala dan mengumpulkan ide-ide baru yang mungkin timbul selama kegiatan berlangsung untuk perbaikan ke depan jika ada kegiatan berikutnya.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan ini dibagi dalam beberapa tahapan sesuai dengan kesepakatan antar tim pengabdian program studi MPLK dengan kelompok Tani. Adapun tahap tersebut adalah
- Persiapan Lahan. Dalam tahap persiapan lahan Petani dibantu mengolah lahan mereka dengan menggunakan traktor. Pengolahan lahan ini dilakukan selama satu minggu. Persiapan lahan juga diikuti dengan perhitungan kebutuhan air bagi tanaman, dimana petani diberi bantuan berupan jaringan irigasi sederhana yang dilengkapi dengan pompa air.
- Pembuatan Bokashi. Bokashi yang dibuat adalah bokashi pupuk kandang, sumber pupuk kandang berasal dari kotoran hewan (Sapi) milik petani setempat. Untuk memperkaya bahan bokashi digunakan hijauan tanaman yang juga berasal dari lokasi kegiatan.
- Pelatihan Perencanaan Usaha Tani. Petani dilatih bagaimana merencanakan usahataninya dengan cermat, dan diberi pemahaman mengenai pentingnya mencatat segala kegiatan usaha tani mereka.
- Evaluasi Lahan secara Langsung. Petani diberikan materi bagaimana menilai kesuburan dan kesesuaian lahan mereka secara sederhana. Tujuannya agar petani bisa menduga tingkat kesuburan tanah secara mudah dan sederhana.
- Pembuatan Mulsa Organik. Mulsa ini berbahan baku tanaman lokal setempat yang dengan muda bisa diperoleh petani. Bahan mulsa yang dipilih adalah bahan yang tidak mudah lapuk sehingga bisa dipakai berulang kali.
- Pembuatan Pestisida Nabati. Dalam kegiatan ini petani di latih memanfaatkan bahan lokal untuk membuat pestisida. Hasil dari pelatihan ini diharapkan petani dapat memproduksi pestisida sendiri dengan bahan yang ada disekitar mereka.
- Budidaya tanaman hortikultura. Dalam kegiatan ini petani dilatih melakukan tindakan budidya tanaman hortikultura secara tepat.