Selamat Datang di Website Jurusan MPLKStaf Pengajar JurusanStrukur Organisasi JurusanDeskripsi Jurusan MPLKVisi dan Misi JurusanPengelola JurusanLearn, practice, and be rich (English) - Belajar, berlatih, dan menjadi sejahtera (Indonesia) - Meup onle ate, mua onle Usif (Timor)
Banner Prodi MPLK 003
WhatsApp Image 2021 08 19 at 13.58.06 7 WhatsApp Image 2021 08 19 at 13.58.07 WhatsApp Image 2021 08 19 at 13.58.07 1
Koordinator Prodi MPLK
PJ MPLK 05
Stefanus M. Kuang, STP, M.Sc
 

Profil Prodi MPLK

  • Capaian Pembelajaran MPLK
    Capaian Pembelajaran Prodi MPLK  PROFIL LULUSAN Pelaku Usaha atau enterpreneur yang memiliki kompeten dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mengembangkan usaha pertanian lahan kering secara mandiri, bertanggung jawab yang berorientasi pada profit. Konsultan/Advisor bisnis atau expertise di bidang agribisnis pertanian lahan kering yang dapat memecahkan masalah dan memberikan jasa...
  • Deskripsi Program Studi MPLK
    Deskripsi Program Studi MPLK Program Studi (PS) Manajemen Pertanian Lahan Kering (MPLK) adalah salah satu dari empat PS yang bernaung di bahwa Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering (MPLK). Kehadiran dari PS MPLK merupakan PS yang paling tua pada Jurusan MPLK. Hal ini karena pendiriannya bersamaan dengan pendirian Jurusan MPLK, sesuai Surat Keputusan (SK) pendiriannya yaitu SK Nomor...
  • Kurikulum Program Studi MPLK
    Kurikulum Program Studi MPLK Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengertian kurikulum di atas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19. Istilah kurikulum...
More in Profil Prodi-MPLK  

Kegiatan PKM Prodi MPLK di Desa Fatukanutu - 2017

Pemanfaatan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam Budidaya Tanaman Hortikultura

PKM MPLK 001

Fatukanutu merupakan salah satu desa penghasil beberapa komoditas hortikultura baik sayur-sayuran maupun buah-buahan semusim, yang umumnya ditanam setelah panen padi dan jagung. Hasil produksi komoditi pertanian di desa ini bernilai ekonomis tinggi dan permintaan pasar terhadap komoditas tersebut terus meningkat. Akan tetapi sampai saat ini, petani di Desa Fatukanutu belum mampu memenuhi permintaan tersebut karena masih rendahnya produksi komoditas yang diusahakan.  Masalah yang selalu muncul dalam proses produksi tanaman hortikultura adalah adanya gangguan hama yang kadang-kadang infestasinya diluar dugaan. Sampai saat ini ada 14 jenis hama penting yang dilaporkan menyerang tanaman hortikultura di lapangan. Hama penting pada tanaman hortiklutura, khususnya pada tanaman tomat dan cabe, antara lain: trips (Thrips parvispinus Karny), kutudaun persik (Myzus persicae Sulz.), tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks.), ulat buah (Helicoverpa armigera Hubn.), ulat grayak (Spodoptera litura F.), kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.), lalat buah (Bactrocera dorsalis Hendel), wereng kapas (Empoasca sp), gangsir (Brachytrypes portentotus Licht.), anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.), ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), uret (Phyllophaga spp), ulat bawang (Spodoptera exigua Hubn.), dan lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard).

7.Demplot PHT

Kehilangan hasil karena Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tersebut berkisar antara 20 – 100%.Gangguan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) menjadi kendala terpenting dalam pertanian karena untuk menanggulanginya, petani biasanya menggunakan pestisida yang dianggap satu-satunya cara tercepat dan paling efektif untuk mempertahankan hasil panennya. Bagi petani, pestisida pada umumnya dianggap sebagai jaminan produksi sehingga penggunaannya cenderung kurang bijaksana dengan jumlah dan jenis yang berlebihan. Di Brebes penggunaan pestisida untuk tanaman cabai mencapai 51% dari total biaya produksi (Basuki, 1988). Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan bagi petani untuk menangkap peluang imbalan ekonomis yang lebih tinggi, karena penggunaan pestisida yang cenderung intensif dan lebih tinggi (Adiyoga dkk., 1996).

Konsekuensi penggunaan pestisida yang berlebihan adalah pemborosan yang hanya meningkatkan biaya produksi. Dampaknya mengakibatkan kerugian yang lebih besar lagi seperti pencemaran racun pestisida pada hasil panen dan lingkungan, musnahnya musuh alami, timbulnya ketahanan OPT, serta terjadinya ledakan populasi OPT tertentu. Rehabilitasi keadaan yang seperti tersebut akan lebih sulit, memakan waktu yang lebih lama, dan tentu saja biayanya akan jauh lebih mahal.Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu budidaya yang tanaman sehat sesuai dengan agroekosistemnya, konservasi dan pemanfaatan musuh-musuh alami, pemantauan OPT secara rutin sehingga pestisida selektif hanya digunakan setelah OPT mencapai ambang pengendalian, dan menjadikan petani sebagai pakar PHT di lahannya sendiri.

Menurut Untung (1993), sasaran penerapan PHT adalah (1) produktivitas pertanian tetap tinggi; (2) kesejahteraan petani meningkat; (3) populasi OPT dan kerusakan yang ditimbulkannya tetap pada tingkatan yang secara ekonomis tidak merugikan, dan (4) kualitas dan keseimbangan agroekosistem terjamin dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.Dalam PHT, pengendalian OPT pada dasarnya dengan memanipulasi agroekosistem sedemikian rupa sehingga tidak cocok untuk perkembangan OPT tetapi mendorong faktor lain yang menghambat perkembangan OPT. Semakin luas hamparan atau kawasan pertanaman yang dikelola secara benar, kondisi agroekosistem akan makin stabil. Semakin luas hamparan yang dengan pengolahan PHT yang benar akan semakin nampak atau terasa pengaruhnya terhadap pertumbuhan OPT. Pemasyarakatan PHT melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPHT) lebih ditekankan pada pemahaman petani tentang PHT. Sehubungan dengan itu, kegiatan ini dilakukan karena sampai saat ini PHT belum diterapkan dengan sungguh-sungguh dan benar.

Rumusan Masalah

Gangguan OPT sering merugikan petani sehingga pestisida dianggap satu-satunya cara tercepat dan paling efektif untuk mempertahankan hasil panennya. Akan tetapi, penggunaannya yang cenderung kurang bijaksana tanpa mempertimbangkan dosis/konsentrasi, waktu, dan cara aplikasi yang tepat menyebabkan pestisida menjadi kurang efisien dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi musuh alami hama, lingkungan, dan konsumen. Penggunaan pestisida yang sangat berlebihan juga berdampak pada biaya pengendalian yang tinggi karena harga pestisida cukup mahal, sehingga pendapatan petani menjadi berkurang. Dapat dikatakan bahwa teknik dan strategi pengendalian dilakukan petani, pada umumnya, tidak sejalan dengan program nasional pengendalian hama terpadu.

Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah:

  1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama yang lain, selain penggunaan insektisida, yang dapat meningkatkan produksi tetapi mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida dan mengurangi biaya pengendalian.
  2. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada petani tentang teknologi perangkap hama sederhana dari botol bekas minuman air mineral.
  3. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada petani tentang teknik budidaya tanaman hortikultura melalui pola tanam lahan kering yang dapat meminimalkan serangan OPT.
  4. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada petani tentang manajemen usaha tani yang baik, khususnya dalam budidaya tanaman hortikultura.

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh masyarakat adalah:

  1. Petani sadar dan mengetahui bahwa terdapat teknik pengendalian OPT lain, selain penggunaan insektisida, yang dapat mengurangi dampak negatif penggunaan insektisida tersebut, dan mengurangi biaya pengendalian sehingga pendapatannya dapat ditingkatkan.
  2. Petani trampil memodifikasi perangkap tipe steiner trap secara sederhana dari botol bekas minuman air mineral.
  3. Timbulnya usaha kecil menengah (UKM) di daerah sasaran program PKMM berupa pembuatan perangkap hama dengan harga yang lebih murah sehingga dapat dijangkau oleh petani.

Gambaran Umum Masyarakat Sasaran

Fatukanutu merupakan salah satu desa penghasil beberapa komoditas hortikultura baik sayur-sayuran maupun buah-buahan semusim, yang umumnya ditanam setelah panen padi dan jagung. Hasil produksi komoditi hortikultura ini umumnya dipasarkan di sekitar wilayah Desa Fatukanutu dan sebagian lagi dijual di Pasar Oesao dan Pasar Kasih Naikoten. 

Masalah yang sering dihadapi oleh petani di desa ini adalah serangan hama lalat buah. Salah satu akibatnya karena belum adanya kesadaran atau kurangnya pengetahuan petani tentang teknik-teknik pengendalian hama sesuai prinsip PHT.

Metode Pelaksanaan

7.Demplot PHT

Metode kegiatan yang akan dilaksanakan adalah metode penyuluhan dan pelatihan serta demplot percobaan. 

  1. Penyuluhan. Pada kegiatan ini peserta diberi materi antara lain:  A. Teknologi PHT dalam Budidaya Tanaman Hotikultura, B. Penyakit Tanaman Hotikultura dan Teknik Pengendaliannya, C. Hama Tanaman Hotikultura dan Teknik Pengendaliannya, D. Pengelolaan Air Pertanian di Lahan Kering, E. Pola Tanam Lahan Kering, dan F. Manajemen Usaha Tani (perencanaan, pembukuan, dan analisis usaha tani)
  2. Pelatihan. Kegiatan pelatihan yang akan berikan, diantaranya adalah: Pembuatan bahan perangkap dari bekas botol minuman air mineral (aqua) dan teknik kalibrasi pestisida dan alat semprot.
  3. Pembinaan dan Pendampingan. Kegiatan pembinaan dan pendampingan bagi kelompok sasaran program dilakukan setelah pelaksanaan pelatihan. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai proses transfer teknologi kepada khalayak sasaran terutama bagi mereka yang tingkat penerimaannya berlangsung lambat. Pada pelaksanaan pembinaan, setiap anggota tim pelaksana mendampingi.
  4. Demplot Percobaan. Untuk memberikan contoh pemanfaatan teknologi PHT melalui teknik budidaya tumpang sari antara cabai merah dan tomat. Desain demplot dapat dilihat pada Gambar 1. 
  5. Evaluasi. Evaluasi kegiatan dilaksanakan sebanyak dua kali, yakni pada pertengahan dan akhir kegiatan. Tujuan evaluasi untuk mengetahui kendala dan mengumpulkan ide-ide baru yang mungkin timbul selama kegiatan berlangsung untuk perbaikan ke depan jika ada kegiatan berikutnya. Evaluasi kegiatan akan dilakukan penilaia keberhasilan program yang meliputi: respon, tanggapan, dan kehadiran para peserta. Selain itu juga penguasaan materi serta ketrampilan para peserta merupakan indikator yang sangat penting dalam kegiatan ini. Sebagai tolok ukur dan kriteria kegiatan ini dikatakan berhasil bila respon peserta tergolong baik (di atas 70%), kehadiran tergolong cukup (di atas 70%), dan penguasan materi maupun ketrampilan tergolong tinggi (di atas 70%). Penguasaan materi dan ketrampilan dapat dilihat dari terwujudnya bahan pemikat dan alat perangkap lalat buah yang dapat dibuat oleh khalayak sasaran program.

Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan ini dibagi dalam beberapa tahapan sesuai dengan kesepakatan antar tim pengabdian program studi PPLK dengan kelompok Tani. Jenis-jenis kegiatan adalah sebagai berikut:

1.Persiapan lahan 2.Persiapan Benih 3.Penyuluhan OPT 7.Demplot PHT
A B C D

Keterangan Gambar (klik pada Gambar untuk memperbesar): A. Persiapan lahan, B.  Persiapan benih tanaman, C. Penyuluhan OPT  & Teknik Pengendaliannya, D. Penyuluhan OPT  & Teknik Pengendaliannya

4.Penyuluhan Manajemen UT 5.Penyuluhan Pola Tanam dan Pengelolaan Air 6.Pembuatan Perangkap Hama
E F G

Keterangan Gambar (klik pada Gambar untuk memperbesar): E. Penyuluhan tentang Manajemen Usaha Tani, F. Penyuluhan Pola Tanam & Pengelolaan Air, G. Demonstrasi Pembuatan Perangkap Hama. 

Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering © 2025 Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Alamat: Jl. Prof. Dr. Herman Yohanes, Lasiana, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Telepon: +62380881600 Fax: +62380881601 Email: ppnk@politanikoe.ac.id. Designed By JoomShaper