Persepsi Kelompok Tani Fenun Di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang Terhadap Teknologi Amoniasi Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi
Perceptions of Fenun Farmer Group in Baumata Village, Taebenu District, Kupang Regency on Rice Straw Amoniation Technology as Cattle Feed
Yohanes F. Penda1; Endeyani V. Muhammad2; Cokorda B.D.P. Mahardika3 - Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang - 2020
INTISARI. Teknologi amoniasi dapat merombak struktur keras jerami padi menjadi lunak, dapat meningkatkan daya cerna, palabilitas, konsumsi, kandungan bahan pakan untuk ternak sapi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi petani terhadap teknologi amoniasi jerami padi dan hubungan antara faktor internal dan eksternal terhadap persepsi petani terhadap teknologi amoniasi. Metode yang digunakan adalah Quasi eksperimental (Single Group Posttest-Only desain) dan metode deskriptif yang didesain dalam bentuk demonstrasi cara. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuisioner dengan jumlah responden sebanyak 25 orang. Data analisis mengunnakan uji korelasi rank spearman (rs). Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi kelompok tani Fenunterhadap teknologi amoniasi jerami padipositif (2.64), sedangkan faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan persepsi yaitu umur (0.415), keuntungan relative (0.523), tingkat kesesuaian (0.456), dan tingkat kerumitan (0.350).
Kata kunci: Persepsi,Petani, Teknologi, Amoniasi.
Video Materi Penyuluhan Brosur Penyuluhan Lembar Persiapan Menyuluh Sinopsis Penyuluhan Dokumentasi Kegiatan Penelitian
ABSTRACT. Ammoniation technology can transform rice straws’ hard structure into milder ones, improve digestion, palatability, consumption, and feeding content materials for cattles. The objective of this research was to identify farmers’ perceptions toward ammoniation technology of rice straw and the relationship between internal and external factors toward their standpoints regarding the technology. The study was carried in single group posttest only design of quasi experimental and descriptive method designed in demonstration mode. Data was collected using interview and questionnaire distributed to 25 respondents and analyzed using Spearman’s rank of correlation coefficient (rho). The result indicated that the Fenun farmer group perception toward rice straw ammoniation technology was positive (2.64) whereas the internal and external factors related to their perception were age (0.415), relative advantages (0.523), degree of compatibility (0.456), and degree of complexity (0.350).
Keywords: Perception, Farmer, Ammoniation, Technology.
PENDAHULUAN
Persediaan bahan pakan yang cukup dan berkualitas merupakan salah satu unsur yang mendukung keberhasilan di bidangpeternakan.Salah satu kendala persediaan pakan di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT)adalah ketersediaan pakan yang tidak berkesinambungan dan bernutrisi rendah. Ketersediaan pakan pada musim hujan berlimpah, namun ketika musim kemarau, pakan tidak tersedia dalam jumlah cukup. Manajemen pakan yang baik dengan cara mengawetkan pakan pada musim hujan atau musim panen akan meningkatkan ketersediaan jerami secara terus menerus.
Tantangan penyediaan pakan di Nusa Tenggara Timur adalah cukup banyak limbah pertanian yang potensial dimanfaatkan sebagai pakan yaitu jerami padi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, menerangkan bahwa luas sawah di Nusa Tenggara Timur mencapai 214.387,9 ha. Jika dalam 1 ha sawah menghasilkan 12-15 ton jerami atau 4-5 ton bahan kering (Bata, 2008), maka jumlah jerami padi di Nusa Tenggara Timur adalah 857.551,6 ton bahan kering.Luassawah di Kabupaten Kupang mencapai 21.131,6 ha (BPS, NTT dalam angka, 2019), dapat menghasilkan jerami sebanyak 105.658 ton. Sementara itu, luas panen padiuntuk Kecamatan Taebenu adalah 415,1 ha (BPS,Kabupaten Kupang dalam angka, 2019), sehingga jumlah jerami padi yang dihasilkan adalah 2.075,5 ton bahan kering. Untuk Desa Baumata dengan luas lahan sawah sebesar 102,5 ha maka dapat menghasilkan jerami 512,5 ton dengan populasi ternak sapi sebanyak 335 ekor (Profil Desa Baumata, 2019).Jumlah jerami padi yang cukup banyak ini, cukup potensial dijadikan pakan ternak (sapi).Hal ini juga sejalan dengan program revolusi 5P (Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Pariwisata) yang merupakan visi bupati Kupang 2019-2024.Salah satu kelompok tani yang memelihara ternak sapi adalah kelompok tani Fenun.
Kelompok tani Fenun padadasarnya dibentuk dengan tujuan pemeliharaan ternak sapi. Ternak sapi yang ada di kelompok Fenun sebanyak 53 ekor, dengan potensi jerami padi yang dihasilkan adalah 160 ton dalam 1 (satu) kali panen yang dilihat dari luas lahan sawah yang dimiliki kelompok Fenun yaitu 32 ha (Profil BPP Baumata, 2019). Namun jerami padi yang langsung diberikan kepada ternak mempunyai kualitas yang rendah karena kandungan serat kasar yang tinggi sehingga sulit untuk dicerna.Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas jerami dengan pengolahan jerami padi menjadi amoniasi.Amoniasi adalah suatu proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak dengan bantuan bahan kimia sumber amonia atau NH3 sehingga dapat meningkatkan kandungan nitrogen bahan pakan, palatabilitas, konsumsi dan kecernaan pakan.
Untuk mengintroduksi teknologi amoniasi maka perlu dilakukan desiminasi berkaitan dengan teknologi amoniasi. Salah satu pihak yang berperan dalam mengintroduksi teknologi ini adalah penyuluh. Karena itu diperlukan proses penyampaian informasi secara baik agar petani dapat memahami, mau dan mampu menerima informasi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan.Selanjutnya bagaimana persepsi petani terhadap teknologi amoniasi maka akan dilakukan penelitian tentang “Persepsi Kelompok Tani Fenun Di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten KupangTerhadap Teknologi Amoniasi Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi”
TUJUAN PENELITIAN
- Untuk mengetahui persepsi kelompok tani Fenunterhadap teknologi amoniasi jerami Padi untuk pakansapi.
- Untuk mengetahui hubunganfaktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kelompok tani Fenun terhadap teknologi amoniasi jerami padi untuk pakan sapi.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan gabungan antara metode eksperimen dan metode deskriptif yang didesain atau dirancang dalam bentuk demonstrasi cara. Metode eksperimental dengan modelSingle Group Posttest-Only desain (rancangan satu kelompok dengan melakukan pengukuran setelah kegiatan penyuluhan). Perlakuan yang diberikan adalah pemberian penyuluhan tentang introduksi teknologi amoniasi jerami padi kemudian dibagikan kuesioner kepada petani setelah kegiatan penyuluhan.
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk pengumpulan data atau mendapatkan data dari fenomena empiris. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi, metode demonstrasi cara, dan studi Pustaka.
Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian adalah materi penyuluhan, yang disiapkan dalam bentuk leaflet, demonstrasi cara pembuatan amoniasi yang menjadi basiss media pembelajaran dan pengamatan bagi petani simantri. kuesioner, berupa daftar pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap petani tentang teknologi amoniasi setelah menyampaikan materi, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan amoniasi seperti, jerami, air, parang, terpal, dan software yang digunakan dalam analisis data.
Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah semua petani di kelompok tani Fenun yang berjumlah 25 orang dengan semua latar belakang petani.Oleh karena jumlah anggota kelompok dalam jumlah sedikit maka semua anggota kelompok dijadikan sampel.
Metode Analisis Data
Analisis persepsi petani terhadap teknologi amoniasi. Persepsi yang dimaksud adalah penilaian petani terhadap manfaat ekonomi, sosial, lingkungan, kompleksitas teknologi, dan produk akhir dalam melihat atau mengamati setelah demonstrasi. Persepsi petani dianalisis dengan menggunakan rumus skala likert dengan tahapan: setiap skor jawaban dari semua variabel yang diukur, dijumlahkan untuk memperoleh skor komulatif. Skor komulatif dari responden kemudian dikelompokkan dalam tigatingkatan yaitu tinggi, sedang, rendah dengan rentang nilai menurut Levis (2013).
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel yang diamati dengan tingkat persepsi petani dilakukan dengan menggunakan analisa statistik non parametrik dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman (rs) dalam Siegel, (1999). Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan nilai Probabilititas (P) atau nilai signifikasi hasil ananlisis menggunakan program SPSS versi 16 dibandingkan dengan taraf nyata (α) = 0,05 dengan kaidah keputusan dalam penarikan kesimpulan:
- Jika probabilitas (P) < 0,01 = Sangat signifikan (**)
- Jika probabilitas (P) < 0,05 = Signifikan (*)
- Jika probabilitas (P) > 0,05 = Tidak signifikan
HASIL PENELITIAN
Persepsi Berdasarkan Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Amoniasi
Pengetahuan petani responden yang dimaksudkan adalah proses kognitif untuk menerjemahkan segala informasi yang didapatkan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan yang menumbuhkan motivasi dan dorongan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.Pengukuran persepsi petani terhadap penerapan teknologi amoniasi dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan diikuti dengan kegiatan demonstrasi cara secara langsung kepada petani responden. Tujuan penggunaan metode demonstrasi cara ini diharapkan agar petani responden bisa memahami lebih cepat dan dapat melihat cara-cara atau proses pembuatan amoniasi sehingga penyaluran informasi bisa cepat dipahami dandimengerti.Pengukuran persepsi petani terhadap teknologi amoniasi diperoleh dari penilaian responden terhadap teknologi amoniasi jerami padi sebagai pakan sapi.
Berdasarkan Tabel 3, persepsi kelompok tani Fenun terhadap teknologi amoniasi jerami padi memperoleh skor rata-rata 2.64, artinya bahwa persepsi kelompok tani Fenun dilihat dari tingkat pengetahuan terhadap teknologi amoniasi jerami padi sebagai pakan sapi berada pada kategori positif. Pandangan yang positif tersebut berupa kemampauan responden yang mengerti atau memahami informasi tentang teknologi amoniasi yang disampaikan dalam proses penyuluhan seperti komposisi dan langkah-langkah dalam membuat amoniasi hingga pada penerapan amoniasi pada ternak.Beberapa faktor penunjang tingginya persepsi kelompok tani Fenun terhadap teknologi amoniasi jerami padi adalah umur, keuntungan dari teknologi amoniasi, tingkat kesesuaian, dan tingkat kerumitan. Menurut (Thoha,2010), persepsi merupakan proses kognitif untuk menerjemahkan segala informasi yang didapatkan, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan yang menumbuhkan motivasi dan dorongan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Hubungan Antara Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Teknologi Amoniasi
Hasil analisis rank spearman untuk mengetahui hubungan antara karakteristik petani dengan persepsi petani terhadap teknologi amoniasi dapat disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 menunjukan umur (X1) memiliki hubungan signifikan terhadap persepsi mengenai pengetahuan petani Fenun terhadap teknologi amoniasi jerami padi, keuntungan relative (X6) memiliki hubungan sangat signifikan, tingkat kesesuaian (X7), dan tingkat kerumitan (X8) mempunyai hubungan signifikan/nyata terhadap persepsi petani tentang teknologi amoniasi. Selain dari variabel tersebut tidak memiliki hubungan terhadap persepsi.
Umur (X1) memiliki tingkat hubungan cukup kuat terhadap persepsi petani dengan angka koefisien korelasi (rs) sebesar 0,415 dan nilai signifikan 0.039 atau P<0.05. Artinya bahwa tingkat kekuatan (korelasi) kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang cukup kuat berada pada kisaran 0,40-0,60 (tabel 3). Semakin tinggi umur, semakin positif persepsi petani terhadap teknologi amoniasi. Hal ini dikarenakanresponden berada pada usia produktif yaitu 97.27% (tabel 5). Menurut UU No.13 tahun 2003 bahwa usia produktif adalah usia penduduk angkatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dapat merangsang seseorang untuk mengerti dan memahami tentang teknologi amoniasi. Hal ini senada dengan pendapat Ismail.,et all (2015)bahwa faktor umur petani responden didominasi oleh usia produktif yang mana pada usia ini memiliki kemampuan bekerja dan berpikir lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak produktif.
Keuntungan relatif (X6) mempunyai hubungan sangat signifikan/sangat nyata. Hal ini terlihat dari keofisien korelasi 0.523 dengan nilai probabilitas 0.007 atau P<0.01. Tingkat hubungan keuntungan teknologi amoniasi yang cukup kuat terhadap persepsi petani Fenun menunjukkan bahwa teknologi amoniasi sangat bermafaat bagi peternak dalam menjalani usaha peternakan karena dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak dan lebih menghemat biaya.Dalam penerapan teknologi apabila keuntungan teknolgi yang diperoleh tinggi maka persepsi petani akan baik, dengan demikian petani responden akan cenderung mengadopsi teknologi karena teknologi baru dinilai lebih bermanfaat dibandingkan dengan kebiasaan yang dilakukan. Hal ini senada dengan pendapat Soekartawi (2005) bahwa bila memang benar teknolgi baru akan memberikan keuntungan yang relative besar dari teknolgi lama, maka kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat.
Berdasarkan Tabel 3 bahwa karakteristik teknologi yang dilihat dari tingkat kesesuaian (X7)mempunyai hubungan signifikan terhadap persepsi petani Fenun dimana terlihat bahwa nilai probabilitas 0.022 dengan nilai koefisien korelasi 0.456, artinya bahwa mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap persepsi petani. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesesuaian penerapan teknologi amoniasi dengan lingkungan setempat dimana sesuai dengan situasi yang di alami kelompok yaitu jerami padi yang dihasilkan diberikan langsung kepada ternak dan mengalami kekurangan pakan dimusim kemarauatau selain musim panen.Adapun kesesuaian dengan kebutuhan petani responden terutama kelompok Fenun yang bergerak dibidang ternak yaitu ternak sapi sehingga teknologi yang diterapkan bisa dipergunakan dalam pengembangan usaha.Penyataan diatas sesuai dengan pendapat Mardikanto (2009) tingkat kesesuaian adalah sejaumana suatu inovasi dianggap sesuai dengan lingkungan setempat baik dari segi lingkungan fisik, sosial dan kemampaun ekonomi, semakin tinggi tingkat kesesuaian maka semakin cepat pula inovasi diterima.
Tingkat kerumitan (X8)merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dan dilihat dari segi kemudahan dan kesulitan untuk dilakukan. Menurut Rogers, (1983) dalam Godraianus (2013),mengatakan bahwa kerumitan adalah sejauhmana inovasi di persepsikan sesuatu yang dianggap sulit untuk digunakan.Berdasarkan Tabel 3 bahwa nilai probabilitas tingkat kerumitan yaitu 0.043 atau P<0.05 dengan koefisien korelasi 350. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kerumitan berhubungan nyata atau signifikan terhadap persepsi petani tentang teknologi amoniasi.Dalam tingkat kerumitan suatu teknologi, petani cenderung memilih teknologi yang mudah dan murah.Artinya bahwa teknologi tersebut tidak rumit dalam pembuatan membutuhkan bahan-bahan yang mudah didapat dan memakan biaya yang relative murah.Menurut Rogers (1983)dalam Godrianus (2013), tingkat kerumitan (Complexity) adalah tingkat kerumitan dari suatu inovasi untuk diadopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan teknologi bahwa semakin mudah suatu inovasi dimengerti dan dipahami oleh kelompok sasaran, maka akan semakin cepat inovasi akan diadopsi.
KESIMPULAN
Persepsi kelompok tani Fenun di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang terhadap teknologi amoniasi jerami padi sebagai pakan sapi berada pada kategori positif dengan rataan skor 2.64. Faktor-faktor yang memiliki hubungan signifikan/nyata terhadap persepsi petani adalah umur, tingkat kesesuaiandan tingkat kerumitan, sedangkan yang berhubungan sangat nyata atau sangat signifikan adalah tingkat keuntungan. Teknologi amosiasi cocok diterapkan di kelompok tani Fenun Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang karena memiliki jerami padi yang cukup potensial sehingga dapat meningkatkan kualitas jerami padi dan dapat mengatasi kekurangan pakan dimusim kemarau.
1Penulis lahir di Desa Tendatoto, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo pada tanggal 29 April 1994 Penulis memulai pendidikan sekolah dasar pada SDK Wolowajo pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama pada SMPK Frateran Ndao Ende dan selesai pada tahun 2010. Pendidikan sekolah menengah atas pada SMA Negeri 1 Aesesa dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun 2016, penulis diterima sebagai mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering (MPLK), Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering (PPLK).Penulis berhasil menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Kupang pada tahun 2020. Pada tahun 2020 sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering, Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering, Politeknik Pertanian Negeri Kupang penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Persepsi Kelompok Tani Fenun Di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang Terhadap Teknologi Amoniasi Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi”





