
Respon Kelompok Tani Fenun Tentang Teknik Pengendalian Hama Terpadu Lalat Buah Pada Tanaman Cabai Di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang
Response of Fenun Farmers' Group on Integrated Pest Control Technique of Fruit Fly on Chillies in Baumata Village, Taebenu District, Kupang Regency
Vinsensia Tuto Mado1, Abdul Kadir Djaelani2, Marchy Pallo3 - Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang - 2021
INTISARI. Penelitian dengan judul “Respon Kelompok Tani Fenun Tentang Teknik Pengendalian Hama Terpadu Lalat Buah Pada Tanaman Cabai Di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang” bertujuan untuk mengetahui respon kelompok tani fenun dan faktor-faktor yang berhubungan dengan respon petani. Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok tani fenun yang berjumlah 25 orang. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis skoring dan korelasi rank spearman. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa respon kelompok tani fenun tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai adalah baik. Dari hasil analisis korelasi rank spearman diketahui bahwa faktor-faktor yang yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan petani adalah pendidikan, lama usahatani, tingkat kesesuaian dan kerumitan. Sedangkan faktor-faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan sikap petani adalah umur, lama usahatani, luas lahan dan tingkat kerumitan.
Kata Kunci: respon, teknik pengendalian hama terpadu, lalat buah
Video Materi Penyuluhan Brosur Penyuluhan Lembar Persiapan Menyuluh Sinopsis Penyuluhan Dokumentasi Kegiatan Penelitian
ABSTRACT. The research entitled "The Response of Fenun Farmer Groups on Integrated Pest Control Techniques for Fruit Flies on Chili Plants in Baumata Village, Taebenu District, Kupang Regency, aims to determine the response of fenun farmer groups and the factors associated with farmer responses. The sample in this study was a group of 25 fenun farmers, in this study using the scoring analysis method and Sperman rank correlation. Based on the results of the analysis, it is known that the response of the Fenun farmer group about integrated pest control techniques for chili fruit flies is good. From result Sperman rank correlation analysis is known that the factors that have a relationship significant with farmers' knowledge is the length of farming education, level of suitability and complexity. While the factors that have a significant relationship with farmers' attitudes are age, length of farming, land area and level of commitment,
Keywords: response, integrated pest control techniques, fruit flies
PENDAHULUAN
Dalam upaya pengendalian hama lalat buah sebagian besar petani di kelompok tani Fenun masih menggunakan perangkap dalam mengendalikan gangguan lalat buah. Namun usaha tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan karena terdapat banyak kendala diantaranya: gangguan lalat buah banyak yang belum disadari petani dan belum tersedia cara pengendalian yang tepat. Selain itu juga petani menggunakan pestisida kimia, namun disamping harganya cukup mahal, penggunaan pestisida yang tidak sesuai anjuran dapat mencemari lingkungan (Patty, 2012). Penggunaan pestisida kimia yang tidak tepat dapat memberikan dampak seperti resistensi, resurjensi atau peningkatan populasi hama, matinya hewan non target termasuk musuh alami, residu pestisida pada tanaman dan lingkungan. Selain itu residu pestisida yang terdapat pada produk pertanian sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang (Septariani & Herawati, 2019).
Upaya untuk mengurangi dampak negatif tersebut diperlukan suatu pemahaman tentang pengelolaan agroekosistem yang berprinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau Integrated Pest Manajement (IPM). Pengedalian Hama Terpadu adalah pengendalian hama dengan menggunakan semua teknik dan metode yang sesuai dengan cara-cara yang harmonis dan memperhatikan populasi hama yang ada di bawah tingkat ambang ekonomi yang menyebabkan kerusakan di dalam lingkungan dan dinamika populasi spesies hama (Smith, 1983 dalam Oka, 1995) dalam (Sugiyono et al., 2014). Tujaun PHT, antara lain: Memantapkan hasil dan meminimalisir kehilangan hasil, memperhatikan kelestarian lingkungan, melindungi kesehatan konsumen dan produsen, meningkatkan efisiensi masukkan dalam berproduksi dan meningkatkan kesejahteraan petani (Oka, 2005). Peran PHT adalah melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit. Dalam upaya pengendalian hama terpadu lalat buah harus memperhatikan lingkungan sekitar tanaman, daur hidup dan keadaan cuaca yang mendukung perkembangan hama lalat buah. Komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT), antara lain: pengendalian secara bercocok tanam, fisik dan mekanik, hayati dan kimiawi.
Berdasarkan uraian diatas, teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sangat bermanfaat bagi petani. Oleh karena itu teknik PHT perlu disebarluaskan ke kelompok tani Fenun di Desa Baumata. Penyebaran teknik PHT ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi cara serta media yang digunakan adalah leaflet dan flipchard. Metode ceramah merupakan salah satu metode penyuluhan yang dilakukan melalui tutur kata atau penjelasan lisan oleh penyuluh langsung kepada petani atau sasaran. Metode ini digunakan untuk menyampaikan pesan, informasi, penjelasan dan atau uraian tentang suatu teknologi pokok bahasan atau masalah secara lisan. Metode demonstrasi cara merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi cara dilakukan dengan maksud agar memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata. Berdasarkan masalah yang dihadapi kelompok tani Fenun, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Respon Kelompok Tani Fenun Terhadap Teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Lalat Buah Pada Tanaman Cabai Merah Di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang”
TUJUAN PENELITIAN
- Mengetahui respon kelompok tani Fenun terhadap teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lalat buah pada tanaman cabai merah.
- Mengetahui hubungan antara respon kelompok tani Fenun dengan faktor internal dan eksternal terhadap teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lalat buah pada tanaman cabai merah.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan materi dan instrumen penelitian yaitu berupa LPM, sinopsis, leaflet, kuesioner penelitian, kamera, alat tulis serta alat dan bahan yang digunakan dalam demonstrasi pembuatan perangkap petrogenol, perangkap kuning dan pembuatan pestisida nabati ekstrak daun mimba, lengkuas dan serai. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan: a) Pembuatan perangkap petrogenol, alat dan bahan yang di gunakan antara lain: pisau cutter, botol bekas air mineral, petrogenol 80 ml, benang, kapas, suntikan atau spet. b) Pembuatan perangkap kuning, alat dan bahan yang digunakan antara lain: botol bekas air mineral, cat kuning dan lem tikus. c) Pembuatan pestisida nabati ekstrak daun mimba, lengkuas, serai dan lidah buaya, alat dan bahan yang digunakan antara lain: ember, saringan atau kain halus, parang, lumpang, daun mimba 2 kg, lengkuas 1 kg, serai 1 kg, 2 helai daun lidah buaya dan air bersih 5 liter.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam kegiatan penelitian dengan cara survei. Dalam penelitian ini, metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kelompok dan anjangsana sedangkan metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai dan demonstrasi cara tentang pembuatan perangkap petrogenol, pembuatan perangkap kuning dan pembuatan pestisdia nabati ekstrak daun mimba, serai dan lengkuas. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara, Kuesioner, Dokumentasi, Studi Pustaka
Instrumen dalam penelitian ini ada tiga, antara lain:
- Materi penyuluhan, yang disiapkan dalam bentuk LPM, sinopsis dan leaflet.
- Demonstrasi cara pembuatan perangkap petrogenol, perangkap kuning dan pembuatan pestisida nabati ekstrak daun mimba, lengkuas dan serai.
- Kuesioner atau daftar pertanyaan dalam bentuk pilihan jawaban yang disiapkan oleh peneliti untuk mengetahui respon petani, yang meliputi pengetahuan dan sikap petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang teknik pengendalian hama terpau lalat buah pada tanaman cabai dan kegiatan demonstrasi cara pembuatan perangkap petrogenol, perangkap kuning dan pembuatan pestisida nabati ekstrak daun mimba, lengkuas dan serai.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua anggota kelompok tani Fenun di desa Baumata yang berjumlah sebanyak 25 orang. Karena populasinya kecil maka penentuan sampel menggunakan sistem survey (sampel jenuh) yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Metode Analisis Data. Pengetahuan dan sikap petani setelah dilakukan penyuluhan tentang teknik PHT lalat buah diukur dengan menggunakan rumus skoring menurut Umar (1999) dan diperoleh distribusi kriteria kategori untuk skor variabel tingkat respon petani terhadap teknik PHT lalat buah pada tanaman cabai dengan acuan dapat dilihat pada Tabel 1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel yang diamati dengan tingkat responden anggota dilakukan dengan menggunakan analisa statistik non- parametik dengan menggunakan Korelasi Rank Sperman (rs) dalam Siegel (1999). Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada Tabel 2.
HASIL PENELITIAN
Pengetahuan Kelompok
Secara terperinci rata-rata skor respon petani sebelum dan sesudah menerima penyuluhan tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil analisis Tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan pengetahuan petani yang dapat dilihat dari persentase (%) sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara. Indikator mengetahui petani sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara, berada pada kategori tinggi dengan persentase 56%, sedang 40% dan rendah 4%. Setelah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara indikator mengetahui petani berada pada kategori tinggi dengan persentase 100%. Indikator memahami petani sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara berada pada kategori tinggi dengan persentase 28%, sedang 64% dan rendah 2%. Setelah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara indikator memahami petani berada pada kategori tinggi dengan persentase 96% dan sedang 4%. Berdasarkan hasil analisis Tabel 3, dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pengetahuan yang baik di kelompok tani Fenun tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai.
Perubahan pengetahuan kelompok tani Fenun berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3 tersebut membuktikan bahwa penjelasan materi yang disuluhkan dan setelah demonstrasi cara yang dilakukan bersama petani mampu diketahui dan dipahami oleh petani. Petani responden menyadari bahwa teknik pengendalian hama terpadu merupakan serangkaian kegiatan yang selalu dilakukan dalam kegiatan budidaya, baik tanaman pangan maupun hortikultura.
Selain itu petani tidak hanya mendengar melalui kegiatan penyuluhan tetapi diikuti dengan demonstrasi cara. Dengan melihat keuntungan teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan maka, terjadinya perubahan perilaku petani yaitu peningkatan pengetahuan petani, dimana petani memahami dan ingin memperbaiki setiap kegiatan yang dilakukan selama ini dengan benar karena bagi petani teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai memiliki nilai dan manfaat yang menguntungkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Imran (2019) bahwa perubahan pengetahuan tidak hanya dengan cara penyuluhan tetapi dengan perbaikan metode penyuluhan seperti demonstrasi berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan petani.
Sikap Kelompok Tani
Sikap petani adalah kecenderungan petani untuk melakukan sesuatu terhadap teknologi yang diperoleh petani itu sendiri, apakah petani menerima, ragu-ragu atau menolak. Secara terperinci sikap petani responden dapat disajikan pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil analisis Tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan sikap petani yang dapat dilihat dari persentase (%) sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara. Indikator menerima sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara berada pada kategori menerima dengan persentase 44%, ragu-ragu 44% dan menolak 12%. Setelah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara, indikator menerima berada pada kategori menerima dengan persentase 100%. Indikator menanggapi petani sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara berada pada kategori menerima dengan persentase 52%, ragu-ragu 48% dan menolak 0%. Setelah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara, indikator menanggapi berada pada kategori menerima dengan persentase 100%. Berdasarkan hasil analisis Tabel 4, dapat diketahui bahwa terjadi perubahan sikap yang baik di kelompok tani Fenun tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai.
Sikap petani yang tergolong ragu-ragu disebabkan karena sebagian petani baru mengetahui informasi tentang teknik pengendalian hama terpadu diantaranya komponen pengendalian hama terpadu secara kultur teknis yaitu penggunaan mulsa dan penetapan jarak tanam, komponen pengendalian secara mekanis yaitu pembuatan perangkap kuning dan petrogenol serta pengendalian secara hayati yaitu penggunaan pestisida nabati ekstrak daun mimba, serai dan lengkuas. Ada sebagian petani yang sudah pernah mendengar informasi tentang pengendalian hama terpadu dan berusaha menerapkan dalam kegiatan budidaya.
Materi yang disuluhkan dapat merubah sikap petani, karena metode yang dilakukan berupa demonstrasi cara yang secara langsung melibatkan petani berpartisipasi aktif dalam pembuatan perangkap hama lalat buah serta pestisida nabati. Melalui kegiatan demonstrasi cara ini petani dapat melihat bahwa alat dan bahan yang digunakan petani mudah diperoleh, proses pembuatan yang mudah serta tidak membutuhkan banyak biaya.
Respon Kelompok Tani
Berdasarkan hasil analisis pengetahuan dan sikap petani pada Tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa respon kelompok tani fenun tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari persentase indikator pengetahuan petani (mengetahui) sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara berada pada kategori tinggi 56%, sedang 40% dan rendah 4%. Persentase mengetahui petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dengan metode ceramah dengan demonstrasi cara adalah 100% yang berada pada kategori tinggi. Indikator pengetahuan (memahami) sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara berada pada kategori tinggi 28%, sedang 64% dan rendah 2%. Persentase memahami petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dengan metode ceramah dengan demonstrasi cara adalah 96% yang berada pada kategori tinggi.
Indikator sikap petani (menerima) sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara berada pada kategori tinggi 44%, sedang 44% dan rendah 12%. Persentase menerima petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dengan metode ceramah dengan demonstrasi cara adalah 100% yang berada pada kategori menerima. Indikator sikap petani (menanggapi) sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara berada pada kategori tinggi 52%, sedang 48% dan rendah 0%. Persentase menanggapi petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dengan metode ceramah dengan demonstrasi cara adalah 100% yang berada pada kategori menerima.
Hubungan antara faktor internal-eksternal dengan pengetahuan petani
Untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal terhadap pengetahuan kelompok tani Fenun secara rinci disajikan pada Tabel 5.
Hubungan umur dengan pengetahuan petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 5, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani di kelompok tani Fenun dengan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,448 > 0,05. Keeratan hubungan antara umur dan pengetahuan petani sangat lemah dan berbanding terbalik yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= -0,159. Hal ini berarti semakin bertambahnya usia seseorang tidak ada hubungan dengan pengetahuan seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur responden masuk dalam kategori dewasa dan lansia. Petani tahu tentang teknik PHT, tetapi informasi yang dimiliki masih kurang. Contohnya penggunaan mulsa, penetapan jarak tanam, penggunaan perangkap kuning dan petrogenol serta penggunaan pestisida nabati. Sebagian besar petani sudah terbiasa dengan kebiasaan lama (pertanian konvensional).
Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 5, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani di kelompok tani Fenun dengan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,040 < 0,05. Keeratan hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan petani berada pada kategori sedang yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,414. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dengan tingkat pendidikan petani di kelompok tani Fenun yang cukup, bisa membuat petani mengetahui dan memahami teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai secara baik.
Hubungan luas lahan dengan pengetahuan petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 5, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani di kelompok tani Fenun dengan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,091 > 0,05. Keeratan hubungan antara luas lahan dan pengetahuan petani berada pada kategori lemah yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,346. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki luas lahan berada pada kategori sangat sempit (<0,5 Ha). Dengan lahan yang tergolong sempit dan mayoritas pengelolaannya dilakukan sendiri, menjadikan petani sangat hati-hati dan selektif karena kekuatiran akan kegagalan yang berimbas pada menurunya tingkat keuntungan.
Hubungan lama usahatani dengan pengetahuan petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 5, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama usahatani di kelompok tani Fenun dengan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,023 < 0,05. Keeratan hubungan antara lama usahatani dan pengetahuan petani berada pada kategori sedang yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,453. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mayoritas lama usaha tani responden berada pada kategori tinggi (>6 tahun) sehingga mereka lebih berpengalaman. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mucthar, dkk (2014) dalam Chicka, dkk (2018) yang menyatakan bahwa semakin berpengalaman petani dalam berusaha tani, mereka semakin tahu dan memahami pengelolaan usaha tani.
Hubungan tingkat keuntungan dengan pengetahuan petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 5, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keuntungan dengan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,730 > 0,05. Keeratan hubungan antara tingkat keuntungan dan pengetahuan petani sangat lemah yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,073.
Hubungan tingkat kerumitan dengan pengetahuan petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 5, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kerumitan dengan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,038 < 0,05. Keeratan hubungan antara tingkat kerumitan dan pengetahuan petani berada pada kategori sedang yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,417.
Hubungan tingkat kesesuaian dengan pengetahuan petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 5, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kesesuaian dengan pengetahuan petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,042 < 0,05. Keeratan hubungan antara tingkat kesesuaian dan pengetahuan petani berada pada kategori sedang yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,410.
Hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan sikap petani
Untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal terhadap sikap kelompok tani Fenun secara rinci disajikan pada Tabel 6.
Hubungan umur dengan sikap petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 6, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani di kelompok tani Fenun dengan sikap petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,032 < 0,05. Keeratan hubungan antara umur dan sikap petani berada pada kategori sedang dan berbanding terbalik yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= -0,429. Hal ini berarti petani yang berusia lanjut, cenderung mempertahankan kebiasaan lama dan enggan menerima suatu inovasi baru.
Hubungan tingkat pendidikan dengan sikap petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 6, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani di kelompok tani Fenun dengan sikap petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,706 > 0,05. Keeratan hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap petani sangat lemah yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,079.
Hubungan luas lahan dengan sikap petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 6, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan di kelompok tani Fenun dengan sikap petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,000 < 0,01. Keeratan hubungan antara luas lahan dan sikap petani berada pada kategori kuat yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,697. Berdasarkan hasil penelitian, luas lahan yang dimiliki petani responden tergolong sangat sempit (<0,5 Ha). Dengan luas lahan yang tergolong sangat sempit, sikap petani sangat baik dalam menerima dan memberi tanggapan tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Luas lahan petani yang tergolong sempit, mampu mendorong petani untuk memanfaatkan lahan tersebut untuk budidaya tanaman cabai maupun tanaman hortikultura lainnya. Peluang pasar merupakan salah satu alasan petani untuk budidaya tanaman cabai.
Hubungan lama usaha tani dengan sikap petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 6, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama usahatani dengan sikap petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,011 < 0,05. Keeratan hubungan antara lama usahatani dan sikap petani berada pada kategori sedang yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,501. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mayoritas lama usahatani responden berada pada kategori tinggi (>6 tahun). Semakin lama petani berusahatani, semakin cenderung memiliki sikap yang baik dalam menerima dan menanggapi suatu teknologi (Soekartawi, 2005). Pengalaman petani dalam melakukan usahatani akan memberikan kematangan kepada petani untuk mengambil keputusan
Hubungan tingkat keuntungan dengan sikap petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 6, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keuntungan dengan sikap petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,270 > 0,05. Keeratan hubungan antara tingkat keuntungan dan sikap petani berada pada kategori lemah yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,230.
Hubungan tingkat kerumitan dengan sikap petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 6, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kerumitan dengan sikap petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,001 < 0,01. Keeratan hubungan antara tingkat kerumitan dan sikap petani berada pada kategori kuat yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,626. Dengan tingkat kerumitan yang dicobakan bersama petani, sikap kelompok tani Fenun menerima dengan sangat baik tentang tenik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai, serta mudah dan cepat dalam menerapkan (Rogers, 2010 dalam Dian, Susanti 2016).
Hubungan tingkat kesesuaian dengan sikap petani
Sesuai hasil analisis pada Tabel 6, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kesesuaian dengan sikap petani tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai. Hal ini ditunjukan oleh nilai signifikansi (p)=0,906 > 0,05. Keeratan hubungan antara tingkat kesesuaian dan sikap petani berada pada kategori lemah yang dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs)= 0,025.
KESIMPULAN
Respon kelompok tani Fenun tentang teknik pengendalian hama terpadu lalat buah pada tanaman cabai adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis pengetahuan dan sikap petani fenun sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara. Faktor internal yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan petani adalah pendidikan dan lama usahatani. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan petani adalah tingkat kerumitan dan kesesuaian. Faktor internal yang memiliki hubungan signifikan dengan sikap petani adalah umur, lama usahatani dan luas lahan. Faktor eksternal yang memiliki hubungan signifikan dengan sikap petani adalah tingkat kerumitan. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu adanya penelitian lanjutan tentang tingkat adopsi teknologi PHT lalat buah oleh petani. Selain itu, perlu adanya pendampingan lanjutan, agar teknologi yang telah diperkenalkan dapat dikembangkan.
1Penulis lahir di Telupit pada tanggal 10 Juli 1998. Pada tahun 2002 penulis masuk Taman Kanak-Kanak Herman Fernandez dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SDI Watowaeng dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMPK AWAS Hinga dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMAN 1 Kelubagolit dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun 2017 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan diterima pada jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering dan Program studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering. Penulis kemudian menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Kupang melalui ujian tugas akhir dengan judul “Respon Kelompok Tani Fenun Tentang Teknik Pengendalian Hama Terpadu Lalat Buah Pada Tanaman Cabai Di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang”




