
Respon Petani terhadap Pemanfaatan Pekarangan untuk Budidaya Beberapa Jenis Tanaman Semusim di Desa Oenaunu Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang
Response of Oenaunu Village Farmers, Amabi Oeffeto Timur District, Kupang Regency in the use of the yard for cultivation of several types of annual crops
Serly Anaci Thon¹, Yason E. Benu2, Musa F. Banunaek2 - Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang - 2021
INTISARI. Respon adalah balasan atau reaksi yang dalam istilah psikologi digunakan untuk menyebut reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon petani dalam pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim dan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal-eksternal dengan respon petani dalam pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim. Penelitian dilakukan pada petani di Desa Oenaunu Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang. Penelitian ini menggunakan metode ceramah dan demonstrasi cara. Data dianalisis menggunakan analisis scoring, dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap petani setelah penyuluhan berada pada kategori tinggi dengan rerata skor 2,70 dalam pengetahuan dan 2,64 dalam sikap. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan dengan respon petani adalah umur (p < 0,05), sarana/prasaran pertanian (p < 0,05), intensitas penyuluhan (p < 0,05) dan inovasi teknologi (p < 0,05).
Kata kunci: respon, petani, pekarangan, budidaya, tanaman semusim
Video Materi Penyuluhan Brosur Penyuluhan Lembar Persiapan Menyuluh Sinopsis Penyuluhan Dokumentasi Kegiatan Penelitian
ABSTRACT. Response is a reply or reaction that in the term psychology is used to refer to the reaction to the stimuli received by the five senses. This research was to determine the response of farmers in the use of the yard to cultivate several types of annual crops and to determine the relationship between internal-external factors and the response of farmers in the use of the yard for the cultivation of several types of annual crops. The study was conducted on farmers in Oenaunu Village, Amabi Oeffeto, East Kupang Regency. This study uses the method of lecture and demonstration. Data were analyzed using scoring analysis, and simple linear regression. The results showed that farmers' knowledge and attitudes after counseling were in the high category with an average score of 2.70 in knowledge and 2.64 in attitude. Factors that have a significant influence with farmers' responses are age (p <0.05), agricultural facilities/infrastructure (p <0.05), counseling intensity (p <0.05) and technology innovation (p <0.05 ).
Keywords: responses, farmers, yard, cultivation, annual crops
PENDAHULUAN
Desa Oenaunu merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang dengan jumlah penduduk 1.458 jiwa, dengan luas 15,68 Ha.Dari luasan tersebut potensi lahan untuk pertanian adalah seluas ± 9,6 Ha (Data Desa Oenaunu 2018).Beberapa jenis tanaman dihasilkan di desa ini antara lain pisang, ubi kayu, kacang tanah, jagung, labu kelapa, jambu mete dan asam. Kelapa merupakan tanaman yang paling banyak ditanam di setiap pekarangan rumah. dan telah memberikan banyak manfaat kelapa yang dibudidayakan adalah kelapa yang berumur panjang. Tanaman kelapa ditanam secara acak (tidak dalam baris) tetapi secara jarak berkisar 9-10 meter. Dengan luas lahan pekarangan rata-rata 1- 2 Ha. Dari jarak tanam tersebut maka dapat dilihat sebagian lahan masih kosong dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat padahal ketersediaan lahan atau ruang kosong yang ada dibawah tanaman kelapa sangat mendukung untuk membudidayakan tanaman lain seperti tanaman yang berhabitus kecil. Ketersediaan iklim dan sumber daya alam mendukung untuk pertumbuhan tanaman dengan ketinggian tempat yang sesuai dan tanah yang juga subur sangat mendukung pertumbuhan dan produktivitas hasil kelapa (Agromedia, 2007).
Dari potensi yang ada ternyata ada beberapa masalah yang ada di Desa Oenaunu dengan tidak memanfaatkan lahan kosong yang ada dibawah tanaman kelapa karena minimnya pengetahuan masyarakat Sedangkan masyarakat juga membutuhkan akan hasil tanaman obat,sayur,bumbu bahkan tanaman hias. Pertimbanganya adalah bahwa jenis tanaman yang berfungsi untuk mengisi ruang atau tempat yang ada adalah tanaman yang harus memenuhi beberapa syarat meliputi kebutuhan sinar matahari, unsur hara, air dan ruang untuk pertumbuhan dan produksi.(Jiang dan Egli 1995). Paling tidak kehadiran jenis tanaman sela (berupa tanaman obat/rempah, sayuran dan tanaman hias)dibawah tegakan tanaman kelapa tidak saling merugikan. Jenis tanaman yang dipilih akan2 dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga bahkanmemiliki nilai jual. Diharapkan jenis tanaman sela akan tumbuh dan berproduksi baik pada kondisi dibawah naungan (Adisarwanto et al.,2000).
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang respon petani terhadap pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim.
TUJUAN PENELITIAN
- Mengetahui respon petani terhadap pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanamn semusim di Desa Oenaunu Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang.
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani terhadap pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim di Desa Oenaunu Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian. Dalam penelitian ini dibutuhkan berbagai materi dan instrumen untuk menunjang pelaksanaan penelitian tersebut yaitu: bahan meliputi benih tanaman serei, kunyit, lidah mertua dan tanaman sawi), Alat: polibeg, karung bekas, parang dan pacul, untuk menunjang pembuatan bedengan dan penanaman tanaman semusim dibawah tegakan kelapa. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode Demonstrasi cara yaitu: Penerapan teknologicara pemilihan jenis tanamansemusim, penempatan bedengan dibawah tegakan kelapa dengan melihat intensitascahaya yang mencapaipermukaantanahkosong. Material lainya adalah kuisioner (daftar pertanyaan), Lembar Persiapan Menyuluh (LPM), sketsa kebun, alat tulis, kamera.
Metode Penelitian. Metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan kemudian mengelola data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan permasalahan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: metode demonstrasi cara. Metode demonstrasi cara merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mempertunjukan suatu cara kerja baru atau suatu cara lama tetapi dilakukan dengan baik, bertujuan untuk mendskripsikan apa-apa yang terjadi sebagai mana mestinya pada saat penelitian dilakukan. Untuk dapat mengetahui perubahan perilaku atau respon petani terhadap inovasi suatu teknologi baru, maka dalam penelitian ini diginakan metode demonstrasi cara.
Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di RT 14 dan RW 07 sebanyak 30 Orang yang membudidayakan tanaman kelapa, yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.
Metode Analisis Data. Alat analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, dengan alat uji: 1. Analisis frekuensi kumulatif untuk menghitung karakteristik petani responden (umur, pendidikan, luas lahan, dan pengalaman berusaha tani). 2. Analisis scoring ditujukan untuk melihat responden petani (pengetahuan dan sikap) terhadap teknologi pemanfatatan pekarangan untuk budidaya tanaman kelapa. Rumus scoring menurut Umar (1999) dan diperoleh acuan kategori seperti pada Tabel 1. 3. Analisis Regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap respon petani digunakan analisis regresi sederhana (Sugiyono 2014).
HASIL PENELITIAN
Perubahan pengetahuan petani sebelum dan sesudah penyuluhan
Pengetahuan merupakan aspek kognif yang ada pada diri manusia. Pengetahuan diawali dari proses melihat sampai dengan proses berpikir dalam diri manusia, pengetahuan terkait dengan apa yang diketahui oleh manusia. Hasil evaluasi tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim yang dilakukan terhadap 30 petani responden disajikan pada Tabel 2.
Hasil analisis (Tabel 2) menunjukan tingkat pengetahuan petani sebelum penyuluhan berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata sebesar 1,70. Pengetahuan petani yang tergolong sedang dikarenakan rata-rata petani responden sudah mengetahui pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim dan bukan merupakan hal baru bagi petani. Akan tetapi belum ada yang melakukan penyuluhan terkait dengan cara penempatan bedengan, pemilihan jenis tanaman. Sehingga pengetahuan petani masih tergolong sedang. Sedangkan, setelah melakukan kegiatan penyuluhan pengetahuan petani mengalami peningkatan sebesar 2,70 dan tergolong kategori tinggi. Hal ini dikarenakan petani telah mendapatkan penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim, diikuti dengan kegiatan demonstrasi langsung. Dimana petani dilibatkan secara langsung dalam kegiatan demonstrasi dan berperan aktif sehingga mempermudah pemahaman petani terhadap teknologi yang diperkenalkan.
Dalam kehidupan bermasyarakat selain bekerja keras kita juga di tuntut untuk memahami apa yang sedang kita kerjakan, agar kerja keras kita dapat membuahkan hasil yang memuaskan. Pada Tabel 3 dapat menjelaskan bahwa pengetahuan petani dalam pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beebrapa jenis tanaman semusim bahwa sebanyak 28 (dua puluh delapan) responden dari 30 (tiga puluh) atau sekitar 98% memberikan nilai tertinggi pada pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim artinya bahwa petani memiliki tingkat pengetahuan sudah sampai pada proses penerapan dengan nilai tertinggi 2,86 dan dengan petani responden bersikap menerima dengan kategori tinggi atau menambah pengetahuan akan tanaman yang dibudidayakan dibawah naungan tanaman tahunan dengan skor capaian 2,86. Pengetahuan petani pada proses penerapan budidaya beberapa jenis tanaman semusim disebabkan karena banyak responden atau sekitar 98% responden memberikan respon untuk menerapkan budidaya tanaman semusim.
Dari uraian diatas hal ini menunjukan bahwa pengetahuan petani responden terhadap pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim diterima oleh petani dimana pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim merupakan teknologi yang sederhana dilakukan dan cara menggunakannya tidak sulit sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) yaitu semakin mudah suatu inovasi dipahami dan diterapkan maka semakin cepat pula inovasi tersebut di terima atau diadopsi.
Perubahan sikap petani sebelum dan sesudah penyuluhan
Sikap petani adalah kecenderungan petani terhadap suatu teknologi apakah petani menerima, menolak ataukah ragu-ragu terhadap teknologi tersebut. Sikap petani sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa sikap petani sebelum dilakukan penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan untuk buadidaya beberapa jenis tanaman semusim. Berada pada kategori ragu-ragu dengan skor rata-rata 1,60, artinya bahwa petani responden sebelum mengikuti penyuluhan dengan tergolong kategori ragu-ragu dengan teknologi yang disuluhkan karena petani responden merasa bahwa budidaya tanaman dibawah naungan tanaman tahunan akan menjadi masalah dengan
tanaman semusim tidak akan berproduksi baik. Akan tetapi setelah melakukan penyuluhan sikap petani mengalami peningkatan sebesar 2,64 dengan tergolong kategori menerima, yang artinya bahwa setelah melakukan penyuluhan petani responden bersikap menerima karena petani responden merasa bahwa ternyata budidaya tanaman semusim dibawah tegakan kelapa sangat bermanfaat atau bisa membantu dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Hal ini terjadi karena penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim secara langsung memperkenalakan atau mengajarkan petani bagaimana cara penempatan bedengan dan pemilihan jenis tanaman.
Pada Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sikap petani responden dengan tergolong kategori menerima, atau menambah pengetahuan dalam pemanfaatan pekarangan dengan ditanam tanaman lain selain tanaman semusim dengan skor capaian 2,86, dan dengan petani responden bersikap menerima atau menambah pengetahuan akan tanaman yang dibudidayakan dibawah naungan tanaman tahunan dengan skor capaian 2,86, dan petani responden bersikap menerima dengan memahami tanaman tahan naungan dengan skor capaian 2,83. Hal ini menunjukan bahwa petani responden menambah pengetahuan dan sikap dalam pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanama semusim
Pada Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sikap petani dalam pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim sebanyak 26 (dua puluh enam) responden dari 30 (tiga puluh) atau 96% memberikan nilai tertinggi pada pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim artinya bahwa petani memiliki sikap untuk menerapkan teknologi dengan nilai tertinggi 2,83.
Sikap petani pada pada proses menerapkan budidaya tanaman semusim dibawah naungan disebabkan karena banyak responden atau sekitar 96% responden memberikan respon untuk menerapkan teknologi tersebut, hal ini dibuktikan dengan petani petani langsung mencoba budidaya beberapa jenis tanaman semusim dibawah tanaman tahunan atau dibawah naungan tanaman kelapa hal ini ditunjukkan oleh sebanyak 26 responden langsung menerima teknologi tersebut. Selain itu, petani juga belajar mengamati tanaman setelah demonstrasi cara.
Dari uraian di atas hal ini menunjukan bahwa sikap petani terhadap responden pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim tinggi atau diterima ole petani dimana pemanfaatan pekarang dapat membantu dalam menambah kebutuhan rumah tangga dan menambah nilai ekonomi, teknologi tersebut merupakan teknologi yang sederhana dilakukan dan cara menggunakannya tidak sulit sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) yaitu semakin mudah suatu inovasi dipahami dan diterapkan maka semakin cepat pula inovasi tersebut di terima atau diadopsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani
Untuk mengetahui pengaruh faktor internal-eksternal terhadap pengetahuan petani di Desa Oenaunu, telah dilakukan analisis regresi linier sederhana. Dalam analisis yang dilakukan ada delapanindikator, yaitu: X1 Umur, X2 Pendidikan, X3 lama bertani, X4 luas lahan, X5 sarana/prasarana pertanian, X6 intensitas penyuluh, X7 aksesibilitas dan X8 inovasi teknolog. Variabel dependen, yaitu respon petani (Y). Hasil analisis regresi pengaruh antara umur, tingkat pendidikan, luas lahan, lama usahatani, sarana/prasarana pertanian, Intensitas Penyuluhan, aksesibilitas dan inovasi teknologi terhadap respon petani diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 1,957 + 0,105X1 - 0,049X2 - 0,122X3 - 0,052X4 + 0,054X5 + 0,011X6 - 0,0,057X7 + 0,131X8
Dimana: Y = respon petani, X1 = Umur, X2 = tingkat pendidikan, X3 = pengalaman berusahatani, X4 = luas lahan, X5 = sarana/prasarana pertanian, X6 = intensitas penyuluh, X7 = aksesibilitas, X8 = inovasi teknologi
Dari delapan faktor eksternal-internal yang memiliki hubungan signifikansi terhadap respon petani tentang pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusism di Desa Oenaunu terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap respon petani dalam pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim tersebut yaitu: umur, sarana/prasarana pertanian, intensitas penyuluhan dan inovasi teknologi.
Umur petani reponden (X1). Hasil pengujian dengan SPSS untuk variabel X1 diperoleh nilai t hitung = 850 dengan tingkat signifikan 0,000. Dengan batas signifikan 0,05, nilai signifikan lebih besar dari taraf 5% yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya umur petani berpengaruh terhadap respon petani. Hal ini menunjukan umur menjadi suatu faktor yang mempengaruhi respon petani dalam melakukan atau mengembangkan usaha tani. Hasil ini menunjukan bahwa umur berpengaruh selamanya terhadap pengetahuan seseorang, hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Ar-Rasily (2016) dalam penelitiannnya menemukan bahwa umur selamanya berpengaruh pada tinggkat pengetahuan seseorang kemungkinan karena pengetahuan yang dimiliki bisa saja berasal dari pengetahuan yang dimilikinya sebelumnya, pengalaman pribadi maupun orang lain dan beberapa faktor lainnya yang dapat membentuk pengetahuan seseorang dalam jangka waktu yang lama dan akan bertahan sampai usia tua. Dalam teorinya, usia mempengaruhi perkembangan daya tangkap dan pola piker seseorang, semakin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
Sarana/prasarana pertanian (X5). Hasil pengujian dengan SPSS untuk variabel X5 diperoleh nilai t hitung = 505 dengan tingkat signifikan 0,000. Dengan batas signifikan 0,05, nilai signifikan lebih besar dari taraf 5% yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya karakteristik teknologi mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan petani. Variabel sarana/prasarana pertanian memiliki nilai koefisien yang positif hal ini berarti bahwa pemanfaatan pekaranagan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim berpengaruh positif terhadap respon petani. Sedangkan signifikansi F adalah 0,619< 0,05, ini berarti bahwa sarana/prasarana pertanian sangat berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan petani. Pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim bentuk investasi campuran tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual dan pemanfaatan pekarangan juga salah satu usaha untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi dalam rumah tangga. Pekarangan rumah merupakan salah satu lahan potensial yang sering dilupakan penggunanya. Pemanfaatan pekarangan rumah dengan menanamnya dengan tanaman yang berjual tinggi dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani. Setiap orang akan dengan mudah menunjukkan apabila ditanya mana pekarangannya atau mana yang disebut pekarangan maka orang segera menunjuk tanah disekitar rumah untuk menunjukkannya (Hhaerudin.,2014).
Intensitas penyuluhan (X6). Hasil pengujian dengan SPSS untuk variabel X6 diperoleh nilai t hitung = 084 dengan tingkat signifikan 0,002. Dengan batas signifikan 0,05, nilai signifikan lebih besar dari taraf 5% yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya intensitas penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan petani. Sedangkan signifikansi F adalah 0,015 < 0,05, ini berarti bahwa intensitas penyuluh sangat berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan petani. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas penyuluh mempengaruhi respon petani, semakin durasi pelaksanaan penyuluhan terkait teknologi yang diterapkan maka respon/rasa ingin tahu tentang teknologi baru dalam bidang pertain pun akan semakin tinggi. Dalam pengertian moderen menurut Gujarati (2009) sebagai kajian terhadap ketergantungan suatu variabel, yaitu variabel tergantung terhadap suatu atau lebih lainya atau yang disebut sebagai variabel- explanatori dengan tujuan untuk membuat estimasi dan memprediksi rata-rata variabel dalam kaitanya dengan nilai yang sudah diketahui dari variabel exlanatorinya.
Sifat inovasi teknologi (X8). Hasil pengujian dengan SPSS untuk variabel X8 diperoleh nilai t hitung = 038dengan tingkat signifikan 0,001. Dengan batas signifikan 0,05, nilai signifikan lebih besar dari taraf 5% yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya inovasi teknologitidak mempunyai pengaruh terhadap respon petani. Sedangkan signifikansi F adalah 0,015 < 0,05, ini berarti bahwa aksesibilitas sangat berpengaruh secara signifikan terhadap respon petani.Hal ini menunjukkan bahwa sifat inovasi teknologimempengaruhi respon petani, semakin durasi terhadap interaksi kegiatan dengan sistem yang yang bertujuan memahami cara kerja tetang sistem tersebut maka respon/rasa ingin tahu tentang teknologi baru dalam bidang pertanipun akan semakin tinggi. Dari hasil analisis diatas menunjukan bahwa terdapat pengaruh siginfikan dariumur, sarana/prasarana pertanian, intensitas penyuluhan dansifat inovasi teknologi terhadap pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim. Sedangkan faktor umur, Pendidikan, pengalaman usahatani dan sifat inovasi teknologi tidak berpengaruh terhadap respon petani terhadap pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim.
Model faktor –faktor yang mempengaruhi respon petani
Untuk mengetahui model faktor–faktor yang mempengaruhi respon petani di Desa Oenaunu Kecamatan Amabi Oefeto Timur maka memerlukan analisis lanjut dengan dengan stepwase, adapun hasil analisis stepwase pada Tabel 7.
Model ini berkaitan erat dengan factor-faktor yang secara signifikan berpengaruh pada respon petani. Dimana model respon petani ini diharapkan menjadi pedoman bagi para petani. Dari model yang terdapat pada Gambar 1 menunjukan bahwa variabel umur, sarana/prasarana pertanian, intensitas penyuluhan dan inovasi teknologi sangat berpengaruh terhadap respon petani oleh karena itu perlu adanya peningkatan melalui penyuluhan dengan metode domonstrasi cara bagi petani guna meningkatkan pengalaman kerja mereka.
Faktor umur menunjukan mempunyai nilai signifikan terhadap respon petani karena semakin tua usianya berpengaruh pada petani dalam pemanfaatan pekarangan untuk budidaya tanaman semusim dan pemanfaatan pekarangan adalah salah satu solusi untuk menamba nilai ekonomi dan menambah kebutuhan keluarga dengan adanya adanya pemanfaatan pekarangan dibawah naungan tanaman kelapa petani merasa tertarik dan berusaha mempelacari dengan menambah pengetahuan tentang pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim dan pada akhirnya petani tertarik untuk menerapkannya pada usaha mereka.
Faktor sarana/prasarana pertanian memiliki nilai koefisien yang positif hal ini berarti bahwa pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim berpengaruh positif terhadap respon petani. Pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim rama terhadap lingkungan dan meningkatkan kebutuhan keluarga dimana responden mempunyai keinginan yang tinggi untuk memanfaatkan pekarangan dengan budidaya beberapa jenis tanaman semusim.
Intensitas penyuluhan memiliki nilai koefisien yang positif hal ini berarti bahwa intesitas penyuluh berpengaruh positif terhadap respon petani Hal ini menunjukkan bahwa intensitas penyuluh mempengaruhi pengetahuan petani, semakin durasi pelaksanaan penyuluhan terkait teknologi yang diterapkan maka pengetahuan/rasa ingin tahu tentang teknologi baru dalam bidang pertanipun akan semakin tinggi.
Inovasi teknologi memiliki nilai koefisien yang positif terhadap respon petani. Hal ini menunjukan bahwa inovasi teknlogi mempengaruhi respon petani, semakin baik informasi mengenai teknologi baru yang diterapkan maka pengetahuan/sikap petani tentang teknologi baru akan semakin lebih baik.
KESIMPULAN
Pengetahuan petani sebelum penyuluhan berada pada kategori sedang dengan rata-rata 1,76, sedangkan pengetahuan petani sesudah penyuluhan berada pada kategori tinggi dengan rata-rata 2,70. Sikap petani sebelum penyuluhan adalah Ragu-ragu dengan rata-rata 1,75 sedangkan setelah dilakukan penyuluhan petani menerima dengan rata-rata2,64 dalam teknik pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim. Faktor-fakror yang mempengaruhi respon petani dengan analisis regresi linier sederhana menunjukan 4 faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan pekarangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim yaitu umur, sarana/prasarana pertanian, intensitas penyuluhan, dan sifat inovasi teknologi. Sedangkan, terdapat 4 faktor lain yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu Pendidikan, pengalaman berusahatani, luas lahan, dan aksesibilitas.
Dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang pemanfaatan pekerangan untuk budidaya beberapa jenis tanaman semusim. Bagi pemerintah daerah atau instansi terkait dan masyarakat/petani pemilik lahan diharapkan agar menerima setiap inovasi baru dalam bidang pertanian khususnya dalam pengembangan pola tanam agar lebih produktif tanpa mempengaruhi kebiasaan yang dimiliki dalam bidang pertanian.




