
PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI DI KELOMPOK TANI MAJU-BERSAMA, DESA REDO, KECAMATAN LELAK, KABUPATEN MANGGARAI TERHADAP TEKNOLOGI PEMBIBITAN BONGGOL PISANG
Knowledge and Attitudes of Farmers in Maju-Bersama farmer groups, Redo Village, Lelak District, Manggarai Regency to the Banana Weevil Breeding Technology
Arsenius Ano1, Maria Klara Salli2, Yason E. Benu2 - Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang 2021
INTISARI. Penelitian dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Petani di Kelompok Tani Maju Bersama Desa Redo Kecamatan Lelak Kabupaten Manggarai terhadap Penyuluhan Teknologi Pembibitan Bonggol Pisang” dilaksanakan pada Juni sampai Juli 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap petani serta mencari hubungan faktor internal dan eksternal dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang di Kelompok Tani Maju Bersama. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara dan penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap petani terhadap penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang berada pada kategori tinggi, yaitu pengetahuan = 2,69 dan sikap petani = 2,73. Hasil analisis Korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa faktor eksternal yang memiliki hubungan dengan pengetahuan petani adalah keuntungan relatif = 0,606, tingkat kesesuaian 0,606, tingkat kerumitan = 0,623, dapat diuji coba = 0,799 dan aspek sikap, yaitu keuntungan relatif = 0,625, tingkat kesesuaian = 0,625, tingkat kerumitan = 0,713 dan dapat diuji coba = 0,881.
Kata kunci: penyuluhan, pembibitan, bonggol pisang, pengetahuan, sikap
Video Materi Penyuluhan Brosur Penyuluhan Lembar Persiapan Menyuluh Sinopsis Penyuluhan Dokumentasi Kegiatan Penelitian
ABSTRACT. Research on Farmers Knowledge and attitude of farmers to Technology explanation of banana webs neighborhood In the progress farmer group with redo village Lelak district, manggarai regency was carried out on June to July 2021. This study aims to determine the knowledge and attitudes of farmers and look for related internal and external factors with the knowledge and attitudes of farmers to the extension of banana weevil seedling technology in the Maju Bersama Farmer Group, the method of data collection in this study was through interviews and distributing questionnaires. The results showed that the knowledge and attitudes of farmers to the extension of banana weevil seedling technology were in the high category, namely knowledge = 2.69 and farmer attitudes = 2.73. The results of the Spearman Rank Correlation analysis show that external factors that have a relationship with farmers' knowledge are relative advantage 0.606, level of conformity = 0.606, level of complexity = 0.623, can be tested = 0.799 and attitude aspect i.e. relative advantage is = 0.625, level of conformity is = 0.625, level of complexity is = 0.713 and can be tested = 0.881.
Keywords: counseling, nursery, banana weevil, knowledge, attitude
PENDAHULUAN
Desa Redo merupakan salah satu desa yang berpotensi mengembangkan jenis tanaman pisang ambon kuning. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman pisang mabion kuning mencapai 150 ha dengan total produktivitas mencapai 0,70 ton/ha (Profil Desa Redo, 2021). Salah satu permasalahan yang dihadapi petani pisang kelompok Tani Maju Bersama dalam pengembangan budidaya tanaman pisang adalah kesulitan mendapatkan bibit yang kualitas dan dalam jumlah yang banyak. Hal ini disebabkan pembibitan pisang masih sangat tradisional, yaitu diambil dari anakan yang tumbuh di sekitar induknya. Pembibitan dengan cara tersebut hanya mampu menghasilkan 4-5 pisang/rumpun per tahun, kurang seragam dan mudah tertular patogen (Metuia, 2020). Untuk mengatasi persoalan yang ada, diperkenalkan suatu inovasi atau teknologi mengenai pembibitan pisang menggunakan bonggol pisang melalui penyuluhan dengan metode demonstrasi cara. Metode demonstrasi cara merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan cara diperagakan atau dikerjakan secara langsung dilapangan tentang penerapan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata dan konkrit. Metode ini dipilih sebab cocok untuk petani yang berada di pedesaan agar terjadi perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan kearah yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga petani mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik (Walhidayah, 2018). Jika pengetahuan petani baik dengan sikap yang positif maka penerapan suatu teknologi pertanian akan lebih sempurna. Dengan demikian, dilakukan penyuluhan dengan metode demonstrasi cara mengenai pembibitan bonggol pisang serta mengkaji hubungan penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap petani di Desa Redo terkait pembibitan bonggol pisang.
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap petani tentang pembibitan bonggol pisang, serta mengetahui factor-faktor internal maupun factor-faktor eksternal yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap petani tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian di Desa Redo Kecamatan Lelak Kabupaten Manggarai dari Juni sampai Juli 2021. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan materi dan instrumen penelitian yaitu berupa LPM, sinopsis, leaflet dan video serta alat dan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan pembibitan bonggol pisang. Alat dan bahan penelitian berupa linggis, parang, sekop, polybag dan ember serta bahan utama berupa bonggol pisang, pupuk kandang, fungisida dan air serta kuesioner (daftar pertanyaan), alat tulis menulis, laptop dan kamera.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan pendekatan penyuluhan demonstrasi cara pembibitan bonggol pisang. Kegiatan ini melibatkan kelompok tani yang dimulai dari tahap awal persiapan, penyuluhan sampai pada pengukuran hasil pengetahuan dan sikap petani setelah demonstrasi cara melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan). Teknologi yang disulukan ini adalah pembibitan bonggol pisang sebagai salah satu model teknologi pemanfaatan bonggol pisang sebagai bibit.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap petani responden sebanyak 25 orang. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap petani serta faktor internal dan eksternal, yaitu pengalaman berusaha tani, tingkat pendidikan, umur, luas lahan, serta sifat/karakteristik teknologi. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistic, yaitu
- Analisis skoring menggunakan metode skoring menurut Umar (1999) untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap petani dengan acuan kategori seperti pada Tabel 1.
- Analisis hubungan faktor internal dan eksternal terhadap pengetahuan dan sikap menggunakan uji Korelasi Rank Spearman (rs) (Siegel, 1999), dengan kriteria pengujian:
-
- Jika nilai ρ (rs) = 0 maka terima H0 → tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap petani dengan faktor-faktor internal dan eksternal petani.
- Jika Nilai ρ (rs) ≠ 0 maka terima H1 → ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap petani dengan faktor-faktor internal dan eksternal petani.
Tingkat signifikan hubungan kedua variabel yang diuji, ditentukan menggunakan nilai probabilitas (P) atau nilai signifikan pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05 dengan Kaidah pengujian sebagai berikut:
-
- Jika nilai probabilitas (P) < 0,05 → hubungan signifikan
- Jika nilai probabilitas (P) > 0.05 → hubungan tidak signifikan
Kekuatan tingkat hubungan korelasi diuji menggunakan kriteria menurut Sugyono (2013, Tabel 2).
Tabel 1. Acuan kategori nilai skor pengetahuan dan sikap petani
| No | Kriteria | Interval Nilai Skor | Persentase Nilai Skor |
| 1 | Tinggi | 2,34-3,00 | 77,79 – 100 |
| 2 | Sedang | 1,67-2,33 | 55,56 – 77,78 |
| 3 | Rendah | 1,00-1,66 | 33,55 – 55,55 |
Tabel 2. Acuan kategori tingkat hubungan korelasi (Sugyono, 2013)
| No | Interval koefisien korelasi | Tingkat hubungan |
| 1 | 0,00-0,199 | Sangat lemah |
| 2 | 0,20-0,399 | Lemah |
| 3 | 0,40-0,599 | Sedang |
| 4 | 0,60-0799 | Kuat |
| 5 | 080-1,000 | Sangat kuat |
HASIL PENELITIAN
Pengetahuan petani terhadap penyuluhan pembibitan bonggol pisang
Pengetahuan petani yang diukur dalam penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan tingkat pemahaman petani pasca penyuluhan. Hasil analisis skoring pengetahuan petani pasca kegiatan penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menujukkan bahwa pengetahuan petani terhadap penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang berada pada kategori tinggi dengan rerata skor 2,69. Penyuluhan pembibitan bonggol pisang yang diberikan kepada Kelompok Tani Maju Bersama dilatarbelakangi kurangnya ketersedian bibit pisang yang bermutu serta rendahnya kesadaran petani untuk menerapkan teknologi yang tepat. Untuk itu, penyuluhan perlu dilakukan sebagai salah satu cara menyebarkan suatu inovasi baru dan perubahan pengetahuan. Tingginya pengetahuan petani disebabkan karena dalam menyampaikan materi penyuluhan media yang digunakan berupa video dan demonstrasi cara sehingga petani dapat melihat secara langsiung pembuatan pebibitan bonggol pisang denga itu karakteristik teknologi yang diperkenalkan mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan atau pemasalahan yang petani alami.
Tabel 3. Rerata Skor Pengetahuan Petani Terhadap Penyuluhan Teknologi Pembibitan Bonggol Pisang
| No | Indikator | Rerata skor | Kategori |
| 1 | Kemampuan menjelaskan pengertian, tujuan, dan manfaat pembibitan bonggol pisang | 2,71 | Tinggi |
| 2 | Kemampuan responden untuk menjelaskan tentang keunggulan pembibitan bonggol pisang | 2,76 | Tinggi |
| 3 | Kemampuan mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pembibitan bonggol pisang | 2,66 | Tinggi |
| 4 | Kemampuan mengetahui cara pembuatan teknologi pembibitan bonggol pisang | 2,64 | Tinggi |
| Rerata skor akhir tingkat pengetahuan | 2,69 | Tinggi | |
Sikap petani terhadap penyuluhan pembibitan bonggol pisang
Hasil analisis skoring sikap petani pasca kegiatan penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menujukkan bahwa sikap petani terhadap penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang berada pada kategori menerima dengan rerata skor 2,73. Hasil ini menunjukkan bahwa responden menerima teknologi yang diberikan dan mampu memberikan keputusan setelah penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang, dimana penyuluhan yang diberikan dapat merubah sikap petani, karena responden membuktikan bahwa pembibitan bonggol pisang dapat mempermudah dalam mendapatkan bibit yang banyak serta alat dan bahan mudah di peroleh dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten dimana sikap yang ditampilkan oleh petani terhadap sebuah inovasi akan menentukan penerimaan mereka terhadap inovasi tersebut (Ahmadi, 1991).
Tabel 4. Rerata Skor Sikap Petani Terhadap Penyuluhan Teknologi Pembibitan Bonggol Pisang
| No | Indikator | Rerata skor | Kategori |
| 1 | Kemampuan memberikan keputusan setelah penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang | 2,73 | Menerima |
| Rerata akhir | 2,73 | Menerima |
Hubungan faktor internal-eksternal dengan pengetahuan petani
Untuk mengetahui hubungan faktor internal dan faktor eksternal terhadap pengetahuan petani tentang penyuluhan pembibitan bonggol pisang telah dilakukan dengan analisis rank Spearman, hasil analisis akan disajikan pada Tabel 5. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan karakteristik teknologi (keuntungan relatif, ttingkat kesesuaian teknologi, tingkat kerumitan teknologi, teknologi dapat diuji coba memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan petani (p < 0,05). Sedangkan, umur, lama berusahatani, dan luas lahan memiliki hubungan yang tidak signifikan (p > 0,05).
Tabel 5. Hasil analisis korelasi rank Spearman hubungan pengetahuan dengan faktor internal-eksternal
| Variabel | Koefisien Korelasi (rs) | Signifikan (p) | Tingkat Hubungan | |
| Faktor Internal (karakteristik petani) | ||||
| Umur | 0,021 | 0.921 | Sangat lemah | |
| Pendidikan | 0,460* | 0,027 | Sedang | |
| Lama Berusaha Tani | -0,161 | 0,463 | Sangat lemah | |
| Luas Lahan | 0.356 | 0,096 | Lemah | |
| Faktor Eksternal (karakterisitik teknologi) | ||||
| Keuntungan relative | 0,606** | 0.001 | Kuat | |
| Tingkat kesesuaian | 0,606** | 0.001 | Kuat | |
| Tingkat kerumitan | 0,623** | 0,001 | Kuat | |
| Dapat di uji coba | 0,799** | 0,000 | Kuat | |
| Keterangan: **koefisien Korelasi Pada Level 0,01(2-Tailed), *koefisien Korelasi Pada Level 0,05(2-Tailed), Rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman, p = tingkat signifikansi | ||||
Hubungan pendidikan dengan pengetahuan petani. Hasil analisis data (Tabel 5) menunjukkan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang sedang dengan pengetahuan petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,460 dan nilai signifikan = 0,027 artinya memiliki hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pengetahuan petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Ikhwani (2013) pendidikan formal petani dapat saja tidak berpengaruh terhadap pengetahuan petani karena di dalam pendidikan formal hanya belajar umum bukan memberi informasi tentang pertanian, sehingga rendahnya pendidikan tidak menentukan semakin tinggi atau rendah penerapan terhadap suatu teknologi. Dengan demikian untuk mengatasi hal tersebut perlu dengan pendidikan non formal yang meningkatkan pembinaan penyuluhan pertanian agar petani dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat menerima dan menerapkan hal-hal yang bersifat baru yang diberikan penyuluh agar meningkatkan taraf hidup.
Hubungan keuntungan relatif taeknologi dengan pengetahuan petani. Hasil analisis data (Tabel 5) menunjukkan bahwa keuntungan relatif memiliki hubungan yang kuat dengan pengetahuan petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,606 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa Keuntungan relatif memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan petani. Hal ini terjadi karena, pengetahuan petani untuk menerima suatu teknologi bisa juga berhubungan dengan keuntungan relatif dimana teknologi pembibitan bonggol pisang lebih mudah serta tidak membutuhkan biaya yang banyak. Menurut Rogers (1983), semakin banyak keuntungan relatif yang dirasakan dalam sebuah inovasi, akan semakin cepat inovasi itu diterima.
Hubungan tingkat kesesuaian teknologi dengan pengetahuan petani. Hasil analisis data (Tabel 5) menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian memiliki hubungan yang kuat dengan pengetahuan petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,606 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa tingkat kesesuaian memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan petani hal ini menunjukkan bahwa, teknologi yang disuluhkan sesuai dengan keadan lingkungan setempat serta dapat menyesuaikan dengan ekonomi petani. Menurut More (1996), kesesuaian manfaat relatif merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap adopsi inovasi.
Hubungan tingkat kerumitan dengan pengetahuan petani. Hasil analisis data (Tabel 5) menunjukkan bahwa tingkat kerumitan memiliki hubungan yang kuat dengan pengetahuan petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,623 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa teknologi yang disuluh dapat diadopsi oleh petani karena proses pembuatannya sangat mudah serta didukung oleh ketersediaan alat dan bahan mudah didapat. Menurut Sukarwati (201), semakin muda teknologi baru tersebut dipraktekkan, semakin cepat untuk di adopsi yang dilakukan.
Hubungan karakterisitik teknologi yang diuji coba dengan pengetahuan petani. Hasil analisis data (Tabel 5) menunjukkan bahwa karakteristik teknologi yang dapat diuji coba memiliki hubungan yang kuat dengan pengetahuan petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,799 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa teknologi pembibitan bonggol pisang dapat dengan mudah dicoba atau dilakukan oleh petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Prandji (2016) yang menyatakan bahwa peran penyuluh pada dasarnya tidak hanya sekedar memperkenalkan teknologi kepada petani, melainkan juga meningkatkan kapasitas petani agar mampu secara mandiri dalam menjalankan usahanya.
Hubungan faktor internal-eksternal dengan sikap petani
Untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal terhadap sikap petani dapat disajikan pada Tabel 6. Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik teknologi, yaitu keuntungan relatif, tingkat kesesuaian teknologi, tingkat kerumitan teknologi, teknologi dapat diuji coba memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan petani (p < 0,05). Sedangkan, umur, Pendidikan lama berusahatani, dan luas lahan memiliki hubungan yang tidak signifikan (p > 0,05).
Tabel 6. Hasil analisis korelasi rank Spearman hubungan sikap petani dengan faktor internal-eksternal
| Variabel | Koefisien Korelasi (rs) | Signifikan (p) | Tingkat Hubungan | ||
| Faktor Internal (karakteristik petani) | |||||
| Umur | 0,162 | 0,439 | Sangat lemah | ||
| Pendidikan | 0,197 | 0,368 | Sangat lemah | ||
| Lama Berusaha Tani | -0,080 | 0,469 | Sangat lemah | ||
| Luas Lahan | 0,140 | 0,523 | Sangat lemah | ||
| Faktor Eksternal (karakteristik teknologi) | |||||
| Keuntungan relatif | 0,625** | 0,001 | Kuat | ||
| Tingkat kesesuaian | 0,625** | 0,001 | Kuat | ||
| Tingkat kerumitan | 0,713** | 0,000 | Kuat | ||
| Dapat di uji coba | 0,881** | 0,000 | Sangat kuat | ||
| Keterangan: **koefisien Korelasi Pada Level 0,01(2-Tailed), *koefisien Korelasi Pada Level 0,05(2-Tailed), Rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman, p = tingkat signifikansi | |||||
Hubungan keuntungan relatif dengan sikap petani. Hasil analisis data (Tabel 6) menunjukkan bahwa keuntungan relatif memiliki keeratan hubungan yang kuat dengan keuntungan relatif . Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,625 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa memiliki hubungan yang signifikan tingkat keuntungan dengan sikap petani. Hal ini terjadi karena, alat dan bahan yang digunakan secara ekonomi menguntungkan petani, menurut Sry Wahyuni, dkk (2019) yang menyatakan bahwa suatu inovasi yang memiliki keuntungan, mudah untuk diterapkan dan diamati serta semakin sesuai dengan kebutuhan petani, maka akan semakin mudah pula petani mengadopsi suatu inovasi.
Hubungan tingkat kesesuaian teknologi dengan sikap petani. Berdasarkan hasil analisis data (Tabel 6) menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian memiliki keeratan hubungan yang kuat dengan sikap petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,625 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa memiliki hubungan yang signifikan tingkat keuntungan dengan sikap petani. Hal ini terjadi karena, alat dan bahan yang digunakan secara ekonomi menguntungkan petani. Sry Wahyuni, dkk (2019) menyatakan bahwa suatu inovasi yang memiliki keuntungan, mudah untuk diterapkan dan diamati serta semakin sesuai dengan kebutuhan petani, maka akan semakin mudah pula petani mengadopsi suatu inovasi.
Hubungan tingkat kerumitan teknologi dengan sikap petani. Hasil analisis data (Tabel 6) menunjukkan bahwa sikap petani memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat kerumitan teknologi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,713 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa memiliki hubungan yang signifikan tingkat kerumitan dengan sikap petani. Hal ini dengan alasan bahwa teknologi yang diberikan dapat diadopsi oleh petani karena proses pembuatannya sangat mudah serta didukung oleh ketersediaan alat dan bahan mudah diperoleh. Sukarwati (2015) menyatakan bahwa semakin muda teknologi baru tersebut dipraktekkan maka semakin cepat untuk di adopsi yang dilakukan.
Hubungan karakteristik tekologi yang diuji coba dengan sikap petani. Berdasarkan hasil analisis data (Tabel 6) menunjukkan bahwa karakteristik tekologi yang diuji coba memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat dengan sikap petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rs) = 0,881 dan nilai signifikan = 0,001 artinya bahwa memiliki hubungan signifikan diuji coba dengan sikap petani. Sry Wahyuni, dkk (2019) menyatakan bahwa suatu inovasi yang memiliki keuntungan, mudah untuk diterapkan dan diamati serta semakin sesuai dengan kebutuhan petani, maka akan semakin mudah pula petani mengadopsi suatu inovasi.
KESIMPULAN
Pengetahuan petani terhadap penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang berada pada kategori tinggi dengan rerata sekor = 2,69. Sikap petani terhadap penyuluhan teknologi pembibitan bonggol pisang berada pada kategori menerima dengan rerata skor = 2,73. Pengetahuan petani berhubungan signifikan dengan tingkat Pendidikan petani, keuntungan relatif teknologi, tingkat kesesuaian teknologi, tingkat kerumitan tekologi, teknologi yang dapat diuji coba. Sedangkan, sikap petani memiliki hubungan signifikan dengan sikap petani adalah keuntungan relatif (rs = 0,625), tingkat kesesuaian (rs = 0,625), tingkat kerumitan (rs = 0,713) dengangan tingkat hubungan yang kuat. Sedangkan dapat diuji coba (rs = 0,881) dengan tingkat hubungan yang sangat kuat. keuntungan relatif teknologi, tingkat kesesuaian teknologi, tingkat kerumitan tekologi, teknologi yang dapat diuji coba. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan perlu adanya pendampingan lanjutan, agar teknologi yang telah diperkenalkan dapat dikembangkan. Bagi peneliti selanjutnya, perlu melakukan penelitian untuk mengevaluasi dampak dari teknologi pembibitan bonggol pisang.
REFERENSI
Penulis Lahir pada 19 Juli 1998 di kampung Redo. Pada tahun 2005 penulis masuk ke SDI Weri Pateng dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMP N 1 Lembor dan tamat pada tahun 2013. Kemudian lanjut ke SMA N 1 Anam tahun 2013 dan tamat pada tahun 2017. Pada tahun 2017 penulis melanjutkan studi di Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan diterima pada jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering dan Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering dan lulus pada September 2021.




