Selamat Datang di Website Jurusan MPLKStaf Pengajar JurusanStrukur Organisasi JurusanDeskripsi Jurusan MPLKVisi dan Misi JurusanPengelola JurusanLearn, practice, and be rich (English) - Belajar, berlatih, dan menjadi sejahtera (Indonesia) - Meup onle ate, mua onle Usif (Timor)
PPLK 001
 

Respon Petani terhadap Sistem Pertanian Terpadu Pola Integrasi Jagung dan Sapi (Kaji Terap pada Kelompok Tani Katakolu di Kelurahan Lewoleba Barat Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata)

Farmers' Response to Integrated Agricultural Systems Integration Patterns of Corn and Cattle (Applied Study on Katakolu Farmer Group in Lewoleba Barat Village, Nubatukan District, Lembata Regency)

Fransiskus K. Tereng, Rupa Matheus, Antonius Jehemat - Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang - 2021

INTISARI. Sebuah penelitian ini telah dilakukan sejak bulan April sampai September dengan judul Respon Petani Terhadap Sistem Pertanian Terpadu Pola Integrasi Jagung dan Sapi (Kaji Terap Pada Kelompok Tani Katakolu Di Kelurahan Lewoleba Barat Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon anggota Kelompok Tani Katakolu terhadap penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi dan juga mengetahui faktor apa sajah yang mempengaruhi respon anggota Kelompok Tani Katakolu dalam mengadopsi penerapan sistem pertanian terpadu terpadu pola integrasi jagung dan sapi. Penelitian ini menggunakan metode desiminasi atau kaji terap melalui pendekatan demonstrasi plot dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengetahuan petani tentang penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi berada pada rataan skor sebasar 2,57 dengan kategori tinggi dan petani menerima teknologi penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi dengan rataan skor sikap sebesar 2,69 serta karakteristik Teknologi dengan koefisien regresi sebesar 0,745 mempengaruhi sikap petani terhadap system pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi.

Kata kunci: sistem pertanian terpadu, integrasi, respon

Demplot Tereng

Video Materi Penyuluhan  Brosur Penyuluhan  Lembar Persiapan Menyuluh  Sinopsis Penyuluhan  Dokumentasi Kegiatan Penelitian


ABSTRACT. This research was conducted from April to September with the title Farmer Response to Integrated Agricultural System of Maize and Cattle Integration Pattern (Applied Study on Katakolu Farmer Group in Lewoleba Barat Village, Nubatukan District, Lembata Regency. The purpose of this study was to determine the response of members of the Katakolu Farmer's Group to the implementation of an integrated farming system of corn and cattle integration patterns and also to find out what factors influenced the response of members of the Katakolu Farmer's Group in adopting the implementation of an integrated farming system with the integration pola of maize and cattle. This study uses the method of dissemination or applied review through a plot demonstration approach and data collection techniques used are distributing questionnaires and interviews. The results showed that the knowledge of farmers about the application of an integrated farming system with an integration pattern of maize and cattle was at an average score of 2.57 with a high category and farmers accepted the technology of implementing an integrated farming system with an integrated pattern of maize and cattle with an average score of 2.69 and the characteristics of Technology with a regression coefficient of 0.745 affects the attitude of farmers to the integrated farming system of maize and cattle integration patterns

Keywords: integrated agricultural system, integration, response


PENDAHULUAN

Demplot Tereng 01Penerapan sistem pertanian terpadu pola Integrasi tanaman jagung dan ternak sapi pada dasarnya merupakan perpaduan dua komoditas yang bisa dikembangkan secara bersamaan pada unit lahan yang sama yang masing-masing komponennya saling membutuhkan satu sama lain. Tanaman pangan sebagai penghasil limbah pertanian bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sementara ternak sapi merupakan hewan ternak penghasil pupuk organik potensial yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesuburan tanah (Matheus, 2019). Melalui pola pertanian terpadu dengan mengintegrasikan tanaman dan ternak ini petani akan lebih efisien dalam penggunaan lahan, waktu dalam bekerja sehingga pola ini dapat memberikan keuntungan dan kesejatraan kepada petani. Agar pola integrasi ini dapat diterima dan diadopsi oleh petani, maka diperlukan perbaikan metode penyuluhan yang dianggap lebih efektif yaitu menggunakan metode desiminasi dengan pendekatan demplot. Keunggulan dari demplot adalah petani bisa, melihat, belajar secara langsung tanaman jagung dan ternak sapi yang disatukan dalam satu sistem.

Adanya pola desiminasi ini maka akan mudah terjadi penyaluran teknologi, dan demikian metode penyuluhan akan berdampak pada perilaku petani. Penyuluhan adalah suatu kegiatan penyaluran informasi dari penyuluh kepada petani dan anggota keluarganya. Tujuan jangka pendek dari penyuluhan ini adalah membantu merubah pola pikir petani dalam berusaha tani yang selama ini kurang efisien. Dengan penyuluhan maka dapat memebantu petani merubah perilaku terutama pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penerapan pola pertanian terpadu pola integrasi tanaman jagung dan ternak sapi akan ditanggapi dengan3 menerima, ragu-ragu atau menolak pola integrasi tanaman dan ternak yang dikombinasikan dalam satu unit lahan. Oleh karena itu penulis ingin meneliti tentang “Respon Petani Terhadap Penerapan Sistem Pertanian Terpadu Pola Integrasi Jagung dan Sapi (Kaji Terap Pada Kelompok Tani Katakolu Di Kelurahan Lewoleba Barat Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata)”

TUJUAN PENELITIAN

  1. Mengetahui respon anggota Kelompok Tani Katakolu dalam mengadopsi penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi.
  2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon anggota Kelompok Tani Katakolu dalam mengadopsi penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi.

METODE PENELITIAN

Gambar 1. Pola Lahan DemplotMetode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desiminasi atau kaji terap melalui pendekatan demonstrasi plot. Paket teknologi ini diterapkan dalam bentuk demonstrasi plot, pola pertanian terpadu melalui integrasi jagung dan ternak sapi pada anggota Kelompok tani Katakolu. Pengukuran perilaku petani sasaran (petani responden) dilakukan setelah panen hasil demplot dengan menyebarkan kuisioner dan mengumpulkannya kembali untuk dianalisis deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data, dilakukan melalui penyebaran kusioner dan teknik wawancara yang dilakukan setelah penerapan demplot (setelah panen jagung). Gambar 1 memperlihatkan pola demontersi plot penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi.

Intrumen Penelitian. Instrumen dalam penelitian ini terdapat 3 yaitu: a) Materi penyuluhan yang disiapkan dalam bentuk (LPM) sinopsis dan media penyuluhan berbentuk laeflet. b) Demplot yang menjadi media pembelajaran dan pengamatan petani yang terlibat sebagai responden dalam penelitian ini. c) Instrument terakhir ialah kuesioner berupa daftar pertanyaan dalam bentuk pilihan jawaban yang disiapkan oleh peneliti untuk mengetahui perilaku petani, yang meliputi pengetahuan dan sikap petani setelah melihat, melaksanakan dan tanggapan terhadap teknologi yang diterapkan, apakah dapat diterimah petani atau tidak.

Populasi dan Sampel Penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi Populasi penelitian adalah anggota kelompok tani Katakolu yang berjumlah 32 orang. Karena jumlah populasi kecil yaitu 32 orang maka penentuan sampel dilakukan dengan jenis Non Probability Sampling. Jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Teknik Non Probability sampling yang dipilih yaitu dengan sampling jenuh (sensus) yaitu metode penarikan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi kecil (Supriyanto dan Machfudz, 2010). Dengan demikian dalam penelitian ini, ukuran atau jumlah sampel sama dengan jumlah anggota populasi yakni 32 orang.

Gambar 1. Pola Lahan DemplotMetode Analisis Data. Data hasil penelitian, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik, sesuai dengan tujuan penelitian, Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

  1. Analisis Deskriptif. Alat analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan sesautu fenomena atau gejala sebagai dampak dari adanya stimulus yang diberikan. Alat ananlisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis skoring (skala likert). Analisis skoring ini ditujukan untuk mendeskripsikan tingkat respons petani (pengetahuan dan sikap) terhadap penerapan sistem pertanian terpadu. Skala likert menggunakan ukuran ordinal, dengan tiga kategori skala, yaitu kategori tinggi diberi skor 3 kategori sedang diberi skor 2 dan kategori rendah diberi skor 1. Prosedur analisis Menurut Sugiyono (2009).
  2. Analisis Regresi. Alat analisis ini ditujukkan untuk menganalisis analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam mengadopsi sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi (Sujarweni, 2015), dengan pola matematisnya sebagai berikut: Y= ? + b1X1 + b2X2 + …. + biXi

HASIL PENELITIAN

Respon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi petani yang diukur melalui indikator pengetahuan dan sikap terhadap desiminsi pola pertanian terpadu berbasis integrasi jagung dan sapi. Untuk itu dalam penelitian ini akan diuraikan secara mendalam tentang perubahan pengetahuan dan sikap petani yang merupakan indikator respon dari penelitian ini.

Pengetahuan Petani Pasca Desininasi Sistem Pertanian Terpadu Pola Integrasi Jagung dan Sapi

Gambar 1. Pola Lahan DemplotPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan pendengaran (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, maka dari itu perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama dibandingkan perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003). Hasil analisis deskriptif dengan menggunakan analisis skoring terhadap tingkat pengetahuan petani disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2, diketahui bahwa pengetahuan petani tentang prinsip sistem pertanian mencapai nilai rata-rata 2,66 dengan acuan kategori tinggi, hal ini karena petani melihat secara langsung kegiatan penerapan demplot pertanian yang menggabungkan tanaman dengan ternak dalam satu lahan yang sama. Pengetahuan tentang komponen dengan nilai rata-rata 2,81 pada acuan kategori tinggi, ini dikarenakan petani mengetahui komponen yang tersusun dan yang saling berintegrasi dalam satu lahan yang sama dan saling menguntungkan. Tahapan penerapan memiliki nilai rata-rata 2,22 dengan acuan kategori tinggi, dimana petani mengetahui tahapan mulai dari penetapan lokasi, potensi lahan, penetapan komponen, penetapan pola tanam, penangan sarana produksi, penilaian keberlanjutan sistem dan hingga ketangguhan sistem. Keunggulan sistem dengan nilai rata-rata 2,59 berada pada kategori tinggi, hal ini dikarenakan petani melihat dan terlibat langsung dalam kegiatan pengolahan hasil pertanian dan ternak menjadi pupuk yang mana hasil tersebut dapat memperbaiki kualitas tanah, biaya produksi murah dan memperbaiki efisiensi lahan.

Secara umum diketahui bahwa pengetahuan petani terhadap penerapan sistem pertnian terpadu pola integrasi jagung dan sapi berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 2,57. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar petani sudah memahami tentang prinsip pertanian, komponen, tahapan penerapan, dan keunggulan dari penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi. Konsep ini lebih mengarah kepada pola integrasi dan penataan, dimana ternak sapi yang berada diluar lahan dipindahkan kedalam lahan pertanian sehingga adanya kesinambungan antara tanaman dan ternak sapi, yang mana limbah hasil tanaman jagung dan tanaman pertanian lainnya beserta rumputrumput liar yang berada di pematang sawah maupun disekitar lahan pertanian dapat dijadikan sebagai pakan ternak sapi sebaliknya ternak sapi menghasilkan limbah kotoran (feses) yang dapat diolah bersamaan dengan limbah tanaman jagung dan tanaman pertanian lainnya mejadi pupuk kompos.

Petani menyadari bahwa konsep ini menguntungkan karena memiliki banyak manfaat yaitu pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan, efisien serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pengetahuan yang tinggi ini berhubungan dengan keterampilan petani dalam menerapkan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi. Pengetahuan adalah salah satu komponen perilaku petani yang turut menjadi faktor penting dalam berusahatani. Tingkat pengetahuan petani sangat berpengaruh karena semakin tinggi pengetahuan petani maka semakin besar wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani sehingga petani dapat bersikap positif dan terbuka terhadap teknologi maupun perkembangan apapun dibidang pertanian. Pengetahuan merupakan suatu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala materi yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi (Soedijanto, 1978).

Sikap Petani Pasca Desininasi Sistem Pertanian Terpadu Pola Integrasi Jagung dan sapi

Gambar 1. Pola Lahan DemplotPengukuran sikap petani responden pasca desiminasi sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi. Sikap petani di peroleh setelah melihat hasil demplot yang diperoleh berupa hasil jangung, limbah jagung, limbah ternak dan pola pemanfaatannya dalam usahatani. Secara terperinci sikap petani responden terhadap aplikasi sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi, disajikan pada Tabel 3.

Secara umum, berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3. diatas, di ketahui bahwa sikap petani tentang penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi berada pada kategori tinggi dengan skors 2,69 yang artinya petani di Kelompok Katakolu menerima teknologi yang diperkenalkan. Hal ini kemungkinan petani menyadari bahwa sistem pertanian pola integrasi jagung dan sapi mempunyai nilai tambah yakni limbah dari tanaman jagung maupun rumputrumput liar yang berada pada lahan pertanian dapat dijadikan sebagai pakan ternak dan ternak memiliki nilai sebagai penghasil pupuk dengan kata lain adanya hubungan timbal balik serta dapat mengurangi waktu, tenaga dan menekan biaya pupuk. Sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negative terhadap obyek atau situasi secara konsisten. Sikap yang ditampilkan oleh petani terhadap sebuah inovasi akan menentukan penerimaan mereka terhadap inovasi tersebut (Ahmadi, 2007). Apabila sikap yang ditunjukan petani negatif maka harus ada cara yang berbeda untuk merubah sikap petani menjadi positif dan pada akhirnya petani menerima dan menerapkan teknologi yang ditawarkan.

Analisis Regresi Faktor Internal dan Eksternal terhadap Sikap Petani

Gambar 1. Pola Lahan DemplotUntuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap sikap petani Katakolu dalam penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi yang telah dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Dalam analisis yang dilakukan ada Sepuluh indikator yaitu: Umur (X1), tingkat pendidikan (X2), lama berusaha tani (X3), kepemilikan ternak (X4), karakteristik teknologi (X5), intensitas penyuluh (X6), akses informasi (X7), metode dan materi penyuluhan budaya (X8), budaya (X9), nilai tambah (X10) dan variabel dependen yaitu sikap petani (Y). Regresi secara parsial (Uji T) digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji T pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap sikap petani dapat di lihat pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil analisis regresi Tabel 4 menunjukan bahwa dari 10 variabel independen yang diuji, ternyata hanya terdapat satu variabel independent yaitu karakteristik teknologi (X5) yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap petani dalam memberikan keputusan untuk menerima system pertanman terpadu pola integrasi jagung dan sternak sapi. Hal ini dibuktikan nilai koefisien regresi sebesar 0,745 yang lebih kecil dari t-hitung. Dengan demikian maka persamaan regresi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = -1,123 + 0,745 (X5)

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar -1,123. Hal ini berati jika variabel tingkat pendidikan, umur, lama usaha tani, kepemilikan ternak, karakteristik teknologi, intensitas penyuluh, akses informasi, budaya, nilai tambah, metode dan materi penyuluhan memiliki nilai sama dengan nol (0), maka variabel terikat sikap sebesar -1,123. Dan variabel karakteristik teknologi (X5) mempunyai pengaruh positif terhadap sikap petani dengan koefisien regresi sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa apabila karakteristik meningkat sebesar 1 persen maka sikap petani akan meningkat sebesar 0,745 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.

Tabel 4 menunjukan bahwa jumlah dari 10 variabel bebas terdapat satu variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap sikap petani yaitu karakteristik teknologi dengan nilai t hitung = 4,751 dengan tingkat signifikan 0,000, (P < 0,05). Hal ini, disebabkan karena petani melihat teknologi yang diterapkan mudah untuk dilakukan, sesuai dengan kondisi lingkungan dan budaya atau adat istiadat serta mempunyai manfaat yang dapat diperoleh dalam melakukan penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi, dimana adanya hubungan timbal balik baik dari tanaman jagung sebagai penghasil pakan ternak sapi maupun ternak sapi sebagai penghasil feses (pupuk).

Metode demplot juga sangat banyak memberikan efek terhadap sikap petani, sehingga petani secara mudah melihat dan dapat megingat dengan baik materi maupun penerapan yang telah diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Rogers (1983), dalam proses keputusan inovasi berada tahap persuasion stage (tahap persuasi) yang akan sangat penting perannya dalam keputusan inovasi. Bila sebuah inovasi itu punya keunggulan relatif, sesuai dengan nilai-nilai dan kebiasaan sebelumnya, tidak rumit, dapat diujicobakan, serta dapat diobservasi, maka inovasi itu akan cepat diadopsi oleh individu atau sistem sosial. Variabel bebas yang secara signifikan tidak memiliki pengaruh terhadap sikap petani yakni: Umur petani secara signifikan tidak berpengaruh terhadap sikap dalam menerapkan teknologi yang didesiminasikan dikarenakan umur bukan menjadi suatu faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam melakukan atau mengembangkan usaha tani, hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan Azwar (2013) bahwa umur tidak selamanya berpengaruh secara nyata terhadap pengetahuan petani, semakin mudah umur petani tidak berarti pengetahuan petani tersebut semakin tinggi, pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap sikap petani petani sejalan dengan hasil tersebut Juwita, (2005) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubung nyata dengan sikap petani, dijelaskan bahwa hal ini disebabkan untuk menerapkan suatu teknologi dalam usaha taninya petani tidak harus memiliki pendidikan yang tinggi, pengelaman usaha tani juga tidak berpengaruh pada sikap petani.

Hal ini tidak sejalan dengan pendapat (Soekartiwi 1988) petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan, kepemilikan ternak tidak mempunyai pengaruh terhadap sikap petani, intensitas penyuluh juga tidak mempunyai pengaruh terhadap sikap petani. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Mardikanto (1993), bahwa kegiatan intensitas penyuluhan sebagai usaha untuk memberikan keterangan, penjelasan, petunjuk, bimbingan, bantuan pemecahan masalah dan arah yang harus ditempuh oleh setiap orang yang berusaha hingga dapat meningkatkan pendapatannya, mutu dan nilai produksi usahataninya sehingga lebih bermanfaat bagi kehidupannya sendiri dan keluarganya yang dilakukan oleh penyuluh pertanian.

Hasil pengamatan dilapangan dan berdasarkan informasi dari petani bahwa intensitas penyuluh sangatlah rendah dimana dalam sebualan penyuluh melakukan 1 kali kunjungan pada kelompok katakolu, dikarenakan keterbatasannya tenaga penyuluh lapangan. Hal ini sama dengan pendapat Sumardjo (2008) dan Slamet (2008), kendala utama dalam menghadapi tantangan penyuluhan saat ini adalah keterbatasan tenaga profesional di bidang penyuluhan pembangunan, akses informasi juga tidak berpengaruh terhadap sikap petani. hal ini tidak sejalan dengan Informasi yang memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika Ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008), Budaya juga tidak berpengaruh terhadap sikap petani, nilai tambah jugah tidak berpengaruh terhadap sikap petani.

Hasil uji F menunjukan bahwa nilai F hitung sebesar 8,275 dengan angka signifikan sebesar 0,000. Angka signifikan P < 0,05 sehingga dapat di simpulkan faktor internal dan eksternal berpengaruh secara bersama-sama terhadap sikap petani.

KESIMPULAN

Pengetahuan petani yang tergabung dalam kelompok tani Katakolu, tentang penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi berada pada kategori tinggi dengan nilai skor rata-rata sebasar 2,57. Sikap petani yang tergabung dalam kelompok tani Katakolu, berada pada sikap menerima teknologi pola integrasi jagung dan sapi dengan rataan skor sikap sebesar 2,69. Hasil uji persamaan regresi linear berganda menunjukan bahwa dari 10 faktor independen yang diidentifikasi, hanya terdapat satu faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap system pertanian terpadu pola integrasi jangung dan sapi, yaitu variable Karakteristik Teknologi (X5) dengan koefisien regresi sebesar 0,745 atau koefisien determinsi sebesar 74,5%, yang dibuktikan dengan persamaan regresi: Y = -1,123 + 0,745(X5)

Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi perlu dilakukan pendampingan oleh penyuluh lapangan agar teknologi ini bisa berlanjut. Untuk mengoptimalkan penerapan sistem pertanian terpadu pola integrasi jagung dan sapi perlu banyak perhatian dari pemerintah atau Lembaga setempat agar petani dapat mencoba pada lahan yang lebih luas atau pada lahan kering untuk meningkatkan pendapatan.

E Library

1Penulis lahir di Waikomo Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata pada tanggal 23 Januari 1997. Penulis memulai studi tingkat dasarnya pada SD Inpres Waikomo II tahun 2004 selesai pada tahun 2009, kemudian melanjutkan studi tingkat pertama pada SMPN 2 Nubatukan dan pada tahun 2009 dan penulis mengalami kendala sehingga pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan tingkat pertama pada SMP ST. Gregorius dan selesai pada tahun 2013, kemudian penulis melanjutkan studi tingkat menengah kejuruan pada sekolah SMK Negeri 1 Lewoleba pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2017. Pada bulan Agustus 2017 penulis di terima sebagai mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang Pada Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering dan lulus pada 5 Oktober 2021.

Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering © 2025 Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Alamat: Jl. Prof. Dr. Herman Yohanes, Lasiana, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Telepon: +62380881600 Fax: +62380881601 Email: ppnk@politanikoe.ac.id. Designed By JoomShaper