Selamat Datang di Website Jurusan MPLKStaf Pengajar JurusanStrukur Organisasi JurusanDeskripsi Jurusan MPLKVisi dan Misi JurusanPengelola JurusanLearn, practice, and be rich (English) - Belajar, berlatih, dan menjadi sejahtera (Indonesia) - Meup onle ate, mua onle Usif (Timor)
PPLK 001
 

Gedung MPLK 000Respon Petani terhadap Teknologi Fermentasi Biji Kakao di Desa Malawaru Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende

Farmers' Response to Cocoa Bean Fermentation Technology in Malawaru Village, Nangapenda District, Ende Regency

Remigius Lowa Mite*, Abdul Kadir Djaelani, Yason E. Benu - Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang

INTISARI. Penelitian berjudul respon petani terhadap teknologi fermentasi biji kakao dilakukan di Desa Malawaru Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon petani dalam perubahan pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi fermentasi biji kakao dan mengetahui hubungan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku petani dalam menerima suatu inovasi teknologi fermentasi biji kakao. Metode penelitian yang digunakan yaitu demonstrasi cara, untuk mengumpulkan data dilakukan penyuluhan, wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden sebanyak 32 orang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian analisis Uji Skala Liker dan Uji Korelasi Rank Sperman (rs). Hasil penelitian menunjukan perubahan pengetahuan (2,40) dan sikap petani (2,97) terhadap terhadap teknologi fermentasi biji kakao berada pada kategori tinggi. Teknologi fermentasi berpeluang untuk dilanjutkan dilihat dari rerata skor sebesar 2,76 (tinggi). Faktor-faktor yang memiliki hubungan terhadap tingkat pengetahuan faktor umur (0,492**), lama usaha tani (0,651**), karakteristik inovasi (0,484**), harga jual (0,516**) dan tingkat pendidikan (0,478**), harga jual (0,486**), dan peralatan (0.554**). Sedangkan, faktor-faktor yang memiliki hubungan terhadap petani, yaitu umur (0.586**), lama usaha tani (0.558**), harga jual (0.615**), dan peralatan (0.635**).

Kata kunci: respon, teknologi fermentasi


ABSTRACT. Study on farmer responses to cocoa bean fermentation technology was conducted in Malawaru Village, Nangapenda District, Ende Regency. The study was to determine the response of farmers changes in knowledge and attitudes towards cocoa bean fermentation technology and to determine the factors associated with changes in farmer behavior in accepting an innovation, especially cocoa bean fermentation technology. The study used demonstrations, interviews, and questionnaires, with 32 respondents. Statistical analysis using Likert Scale Test and Rank Sperman Correlation Test (rs). The results showed that changes in knowledge (2.40) and attitudes of farmers (2.97) towards cocoa bean fermentation technology and was in the high category. Fermentation technology may be continued, based on the mean score of 2.76 (high). Factors that had a relationship to the level of knowledge, namely age (0.492 **), characteristics of innovation (0.484 **), selling price (0.516 **), and education level (0.478 **), length of farming (0.651 *), selling price (0.516 **), and equipment (0.554 **). Meanwhile, the factors that had a relationship to farmers were age (0.586 **), length of farming (0.558 **), selling price (0.615 **), and equipment (0.635 **).

Keywords: response, fermentation technology


PENDAHULUAN

Masyarakat di Desa Malawaru rata-rata mata pencahariannya adalah petani yang di dominan oleh petani perkebunan. Tanaman perkebunan yang diusahakan meliputi tanaman kakao, kopi dan kemiri dengan luasan areal tanaman perkebunan adalah sebesar 60 ha (BPS Kabupaten Ende, 2018). Tanaman perkebunan menjadi sumber pendapatan utama masyarakat, sehingga masyarakat lebih memfokuskan pada budidaya tanaman perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat adalah tanaman kakao. Tanaman kakao yang diusahakan oleh masyarakat merupakan varietas lokal dan pada saat panen raya petani kakao dapat menghasilkan biji kering sebesar 50 kg setiap orangnya (Profil Desa Malawaru, 2018). Pada umumnya petani cara pengolahan hasil panen biji kakao tanpa melalui proses fermentasi, sehingga dihasilkan biji kering yang bermutu rendah (David et al. 2013). Untuk meningkatkan mutu biji kakao maka perlu dilakukan proses fermentasi.

Fermentasi merupakan proses yang paling penting pada tahapan pasca panen biji kakao, proses ini tidak hanya bertujuan untuk melepaskan biji kakao dari pulpa dan mematikan biji, namun juga untuk membentuk citarasa kakao (Widyotomo dkk, 2004). Berbagai cara fermentasi biji kakao dapat dilakukan antara lain menyimpan didalam kotak, menyimpan didalam karung dan menumpuk dalam daun pisang. Metode fermentasi sangat tergantung kepada jumlah biji yang dipanen, semakin banyak maka biasa menggunakan kotak namun, metode yang sederhana adalah dengan menumpuk didalam daun pisang. Petani kakao didesa Malawaru memiliki potensi hasil panen kakao hanya mencapai 50 kg sehingga fermentasi yang mudah dilakukan adalah dengan menumpuk biji kakao dalam kotak fermentasi.

Agar teknologi fermentasi dengan menggunakan kotak bisa diterima kehadirannya oleh masyarakat maka perlu dilakukan penyuluhan dengan metode demonstrasi cara. Metode demonstrasi cara adalah metode untuk memperlihatkan atau membuktikan secara langsung kepada petani sehingga apa yang disampaikan bisa dipahami secara baik oleh petani. Tujuan dari metode demonstrasi cara adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam melakukan kerjasama antara anggota kelompok untuk menerapkan inovasi baru di bidang pertanian. Untuk mebantu penulis dalam melakukan kegiatan penyuluhan, perlu didukung dengan penggunaan media penyuluhan yakni media leaflet dan model pendekatannya adalah dengan melakukan pendekatan secara kelompok.

 Berdasarkan uraian permasalahan di atas perlu dilakukan penyuluhan teknologi fermentasi biji kakao dengan metode demonstrasi cara. Dengan adanya desiminasi tekonolgi ini, diharapkan petani akan mudah mengetahui dan adanya perubahan perilaku petani yang dapat diukur dari pengetahuan dan keterampilan petani terhadap “Respon Petani Terhadap Teknologi Fermentasi Biji Kakao Di Desa Malawaru Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende”.

RUMUSAN MASALAH

  1. Bagaiman respon pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi fermentasi biji kakao?
  2. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal terhadap respon petani dalam menerima suatu inovasi teknologi fermentasi biji kakao?

TUJUAN PENELITIAN

  1. Mengetahui respon petani dalam perubahan pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi fermentasi biji kakao.
  2. Mengetahui hubungan Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku petani dalam menerima suatu inovasi teknologi fermentasi biji kakao.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di desa Malawaru, Kecamatan Nangapenda, Kabupaten Ende. Penelitian dimulai dari survey pendahuluan, penyusunan proposal, pengurus ijin penelitian, pengambilan data, analisis data sampai penyusunan dan pertanggung jawaban tugas akhir dalam bentuk karya ilmiah tugas akhir. Penelitian ini akan berlangsung selama 1 bulan yaitu pada bulan september 2020.

Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari te,pat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi melakukan perlakuan dalam pengumpulan data misalkan dalam mengedarkan kuesioner, tes, wawancara dan sebagainya (Sugiyono, 2011). Metode demonstrasi cara adalah penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada peserta peserta suatu peroses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun tiruan (Mulyani Sumantri,dalam Roetyah 2001: 82).

Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data menggunakan teknis penyebaran kuesioner. Kuesioner adalah pertanyaan pertanyaan tersteruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi oleh pewawancara yang membaca pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban yang diberikan ( Sulistyo dan Basuki, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu masyarakat desa Malawaru dusun 3 dan untuk sampel penelitiannya adalah masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani sebanyak 45 orang. Banyaknya sampel penelitian yang digunakan dengan metode rumus Slovin adalah sebanyak 32 orang.

Metode Analisis Data. Respon petani yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam penerapan teknologi fermentasi biji kakao. Resspon petani dianalisis menggunakan rumus skala likert dengan tahapan sebagai berikut: setiap skor jawaban dari semua variabel yang diukur, dijumlahkan untuk memperoleh skor kumulatif. Skor kumulatif dari responden kemudian dikelompokan kedalam tiga tingkatan yaitu: tinggi, sedang dan rendah dengan rentang interval sesuai Levis (2013). Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel yang diamati dengan tingkat respon petani dilakukan dengan menggunakan analisa statistik non parametrik dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman (rs) dalam Siengel, (1999). Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan nilai probabilitas (P) atau nilai signifikansi hasil analisis menggunakan program SPSS versi 16 dibandikan dengan taraf nyata (a) = 0,05.

HASIL PENELITIAN

Pengetahuan Petani

Hasil analisis dengan rumus uji skala liker pengetahuan dengan rata-rata 2,07. Pengetahuan petani kakao yang tergolong sedang dikarnakan petani responden belum pernah mendapatkan penyuluhan terkait pembuatan fermentasi biji kakao. Selanjutnya pengetahuan petani sesudah dilakukan penyuluhan berdasarkan data pada Tabel 1, berada pada kategori sedang dengan nilai rerata 2,21. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh sebagian anggota belum sepenuhnya mendapatkan informasi terkait teknologi pembuatan fermentasi biji kakao dengan metode penyuluhan dan demonstrasi teknologi secara langsung memperkenalkan atau mengajak petani bisa memahami, mengetahui dan juga mengajarkan kepada petani tentang bagaimana biji kakao diolah dengan baik untuk menghasilkan mutu dari biji kakao yang tinggi. Selain itu dengan rasa ingin tahu dari petani pada saat penyuluhan yang dilihat dari keaktifan dan keseriusan petani mengikuti penyuluhan.

Tabel 1. Respon Petani Sebelum dan Sesudah Demonstrasi Fermentasi Biji Kakao

Parameter N Nilai rerata Kategori nilai skor
Sebelum Sesudah
Pengetahuan 32 2,07 2,21
  1. Tinggi (2,34 -3.00)
  2. Sedang (1,67 – 2,33)
  3. Rendah (1,00 – 1,66)
Sikap 32 2,22 2,97
Karakteristik teknologi 32 2,23 2,92

Sikap Petani

Sikap petani sebelum melakukan penyuluhan berada pada kategori sedang dengan skor rata 2,22. Sikap petani yang tergolong masih ragu-ragu disebabkan karena belum adanya penyuluhan tentang pembuatan fermentasi biji kakao sehingga petani menganggap bahwa dengan cara penanganan pasca panen pada tanaman kakao yang selama ini sudah mereka lakukan sudah baik tanpa melihan peningkatan mutu dari biji kakao tersebut. Setelah melakukan penyuluhan petani dapat menerima dan menerapkan teknologi yang ditawarkan untuk mendukung usaha taninya dan berada pada kategori tinggi dengan skor rata 2,97. Terjadi peningkatan sikap petani disebabkan karena penyuluhan yang dilakukan dengan metode demonstrasi cara dimana petani dapat melihat dan melakukan proses pembuatan fermentasi biji kakao secara langsung. Dengan teknik fermentasi yang mudah untuk dilakukan petani sadar bahwa dengan adanya proses fermentasi biji kakao maka dapat meningkatkan mutu dari biji kakao dilihat dari keseragaman ukuran biji kakao, warna kakao hasil fermentasi lebih berwarna cokelat dan seragam, aroma biji kakao lebih tajam atau terasa, lebih bersih dari sisa pulp tersebut.

Hubungan Respon Petani Terhadap Teknologi Fermentasi

Indikator untuk mengukur hubungan respon petani terhadap teknologi fermentasi dengan melihat pengetahuan dan sikap. Hubungan respon petani terhadap teknologi fermentasi diukur antara faktor internal dan faktor eksternal terhadap pengetahuan dan sikap berdasarkan analisis Korelasi Rank Spearman.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Fermentasi Biji Kakao

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan petani responden yakni factor umur, tingkat Pendidikan, lama usaha tani, karakterstik inovasi, harga jual, intensitas penyuluhan, modal dan peralatan secara rinci disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Fermentasi Biji Kakao

No Factor-faktor Pengetahuan petani
Nilai-Rs P Keterangan
1. Umur 0.492** 0.004 Sedang
2. Tingkat pendidikan 478 ** 0.006 Sedang
3. Lama usaha tani 0.651 ** 0.000 Kuat
4. Karakteristik inovasi 0.484 ** 0.005 Sedang
5. Harga jual 0.516 ** 0.003 Sedang
6. Intensitas penyuluhan -204 263 Sangat lemah
7. Modal .157 391 Sangat lemah
8. Peralatan 0.554 ** 0.01 Sedang
Keterangan: **: hubungan sangat signifikan atau sangat nyata (P < 0,01), *: hubungan signifikan atau nyata (P < 0,05), rs: koefisien korelasi, P: tingkat signifikan

 

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa umur, tingkat pendidikan, lama usaha tani, karakteristik inovasi, harga dan peralatan memiliki hubungan terhadap respon petani, sedangkan intensitas penyuluhan modal tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan respon petani.

Variable umur memiliki tingkat hubungan sedang terhadap pengetahuan petani dengan koefisien korelasi (rs) sebesar 0,492 dan nilai signifikansi 95% atau P<0,04. Hal ini dilihat dari umur produktif petani lebih dominan karena dari usia yang produktif petani memiliki ide yang baik serta mampu dalam mengambil keputusan. 

Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap teknologi fermentasi biji kakao. Hal ini ditunjukan dengan memiliki nilai (P) 0.004 dengan angka koefisien korelasinya 0.492 artinya bahwa tingkat pendidikan berhubungan langsung dengan penerapan teknologi fermentasi biji kakao dimana informasi mengenai teknologi tersebut diterima oleh petani dilihat dari keaktifan masyarakat dalam melakukan demonstrasi fermentasi biji kakao yang secara langsung mengambil bagian dalam kegiatan tersebut. 

Lama berusaha tani memiliki tingkat hubungan yang kuat terhadap pengetahuan petani dengan koefisien korelasi (rs) sebesar 0,651 dengan nilai signifikansi 99% atau P<0,01. Berdasarkan pengalaman dilapangan lama berusaha tani masyarakat di dusun Nitu beserta kelompok tani Pembhe Embhu > 10 tahun, dalam penelitian ini lama berusaha tani masyarakat memeiliki hubungan yang kuat terhadap respon petani karena semakin lama berusaha tani petani semakin banyak mendapatkan pengetahuan dari pengalaman usaha taninya. 

Hasil analisis korelasi rank sperman memperlihatkan bahwa karakteristik teknologi memiliki hubungan yang sedang terhadap pengetahuan petani. Hal ini dilihat dari koefisien korelasinya 0,484 dengan nilai probabilitas 99% atau P<0,05. Hal ini menunjukan bahwa karakteristik teknologi berhubungan positif atau sangat kuat terhadap pengetahuan petani, semakin tinggi karakteristik teknologi maka pengetahuan petani akan semakin tinggi, dikarenakan teknologi yang disuluhkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat setempat, tingkat keuntungan teknologi yang disuluhkan dapat menghasilkan produk kakao yang berkwalitas, teknologi yang disuluhkan sesuai dengan nilai kebutuhan masyarakat, dapat di cobah oleh petani, tingkat kerumitan dari teknologi fermentasi biji kakao pada lamanya proses fermentasi biji kakao namun menghasilkan biji kakao yang bermutu tinggi dan proses pembuatan teknologi fermentasi biji kakao dapat disesuaikan dengan waktu dan kebutuhan petani. 

Berdasarkan hasil analisis korelasi rank sperman variabel harga jual memiliki tingkat hubungan yang kuat terhadap pengetahuan petani dimana terlihat dari nilai koefisien korelasi 0,516 artinya memiliki hubungan yang sedang terhadap respon pengetahuan petani. Berdasarkan keadaan dilapangan masyarakat desa Malawaru dusun Nitu sebelum adanya teknologi fermentasi mutu biji kakao yang dihasilkan sangatlah rendah dan setelah adanya penyuluhan yang berkaitan dengan fermentasi hasil biji kakao sangat baik sehingga berdampak pula pada nilai jual yang baik. Petani dalam melakukan usaha taninya melakukan penentuan komoditi apa yang akan diusahakan untuk meperoleh pendapatan yang dapat meningkatkan kesejahtraan hidupnya (Anonim,2006).

Berdasarkan pada Tabel 2 menunjukan bahwa peralatan memiliki hubungan signifikan terhadap teknologi fermentasi niji kakao dengan angka koefisien korelasinya (rs) sebesar 0.554 dimana ketersediaan peralatan yang digunakan dalam pembuatan fermentasi biji kakao tidaklah rumit sehingga petani tidak merasa kesulitan dalam pengadaan alat dan juga bahan karena semuanya sudah tersedia di lingkungan masyarakat.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Petani Terhadap Teknologi Fermentasi Biji Kakao

 Tabel 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap teknologi fermentasi

No Faktor-faktor Sikap petani
Nilai-Rs P Keterangan
1. Umur 0.586 ** 0.000 sedang
2. Tingkat pendidikan 0.322 0.072 Lemah
3. Lama usaha tani 0.558 ** 0, 001 Sedang
4. Karakteristik inovasi 0.343 0. 055 Lemah
5. Harga jual 0.615 ** 0.000 Kuat
6. Intensitas penyuluhan -0.092 615 Sangat lemah
7. Modal 0.061 742 Sangat lemah
8. Peralatan 0.635 ** 000 Kuat
Keterangan: **: hubungan sangat signifikan atau sangat nyata (P < 0,01), *: hubungan signifikan atau nyata (P < 0,05), rs: koefisien korelasi, P: tingkat signifikan

 

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa umur, lama usaha tani, harga dan peralatan memiliki hubungan yang signifikan terhadap respon petani, sedangkan karakteristik inovasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan respon petani. Pada Tabel 3 di atas diketahui bahwa variabel umur memiliki hubngan yang sedang terhadap respon petani dalam pemanfaatan teknologi fermentasi biji kakao dengan nilai korelasi (rs) 586 dan P = 0.000 < 0.01. yang artinya terdapat hubungan antara umur dengan respon petani, hal ini terjadi karena umur petani di desa Malawaru berada pada kategori produktif sebanyak 96,88 % . Umur memiliki hubungan terhadap respon petani, karena kategori umur produktif memudahkan petani dalam menerima inovasi baru, relatif lebih kuat bekerja, tanggap terhadap lingkungan sekitar bila dibanding dengan usia yang tidak produktif.

Berdasarkan hasil analisis korelasi rank sperman pada Tabel 3, diketahu bahwa lama usaha tani mempunyai hubungan sedang terhadap sikap petani dilihat dari angka koefisien korelasi (rs) sebesar 0,558 dengan nilai P <0,05. Hal ini menunjukan bahwa petani sudah mempunyai banyak pengalaman dakegiatan usaha taninya dari budidaya sampai penanganan pasca panen. Dengan pengalaman usaha tani yang lebih lama maka petani memiliki kemapuan untuk membuat perbandingan teknologi mana yang lebih baik. Petani juga akan lebih cendrung mencoba hal-hal baru dalam mengembangkan usaha taninya, sehingga teknologi baru lebih mudah diterima dibandingkan dengan petani pemula. Sebagian besar petani responden memiliki lama usaha tani > 10 tahun. Dengan pengalaman yang lebih banyak juga membuat petani lebih muda dalam membandingkan dan mengambil keputusan untuk menerima teknologi dan menentukan sikap petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2003) yang mengemukan bahwa pengalama seseorang dalam berusaha tani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar.

Berdasarkan hasil analisis korelasi rank sperman pada Tabel 3, variable harga jual mempunyai hubungan yang kuat terhadap sikap petani. Hal ini terlihat dari nilai koefisien korelasinya 0,615 dengan nilai probabilitas 99% atau P<0,01. Dalam hal ini petani di desa Malawaru dusun Nitu sangat menerima dengan teknologi yang dibawakan dapat dilihat dari keikutsertaan petani dalam proses pembuatan fermentasi biji kakao. Kecendrungan petani yang melakukan penanganan pasca panen tanaman kakao, petani masih menggunakan cara tradisional dan tidak melakukan proses fermentasi sehingga petani kesulitan mendapatkan hasil yang baik. Setelah adanya penyuluhan suatu teknologi baru yakni fermentasi biji kakao dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mutu dari biji kakao tersebut sehingga berpengaruh pada nilai jual biji kakao.

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa peralatan memiliki hubungan yang kuat terhadap respon sikap petani. Hal ini ditujukan dengan memiliki nilai probabilitas (P) = 0.000 dan angka koefisien korelasinya (rs) 0.635 artinya bahwa ketersediaan peralatan di lingkungan masyarakat memudahkan petani untuk mengadopsi teknologi baru dalam usaha petanian. Ketertarikan petani terhadap suatu teknologi baru berada pada kemudahan dari teknologi tersebut apakah menguntungkan, mudah digunakan dan ketersediaan alat dalam melakukan fermentasi biji kakao sehingga petani mengambil peran aktif dalam kegiatan demonstrasi pembuatan fermentasi biji kakao tersebut.

KESIMPULAN

  1. Dari hasil penelitian yang dilakukan penerapan teknologi fermentasi biji kakao diterima oleh petani dengan tingkat pengetahuan sebelum adanya penyuluhan berada pada tingkat pengetahuan kategori sedang 2,26 dan setelah adanya penyuluhan tingkat pengetahuan petani berada pada kategori tinggi 2,40, sikap petani sebelum penyuluhan berada pada kategori sedang 2,22 dan sesudah penyuluhan pada kategori tinggi 2,97.
  2. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penerapan teknologi fermentasi biji kakao yaitu hubungan tingkat pengetahuannya umur memiliki hubungannya positif cukup, lama usaha tani hubungannya positif kuat, karakteristik inovasi hubunganya positif kuat, harga hubungnnya positif kuat dan sikap tingkat pendidikan hubunganya positif kuat, lama usaha tani hubunyannya positif cukup dan harga jual hubunganya positif cukup

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pihak penyuluh agar selalu mendampingi petani untuk pemanfaatan teknologi fermentasi biji kakao serta biji kakao yang sudah dilakukan proses fermentasi dapat dijadikan sebagai bahan olahan makanan.

E Library

*Penulis dilahirkan di Natawaru pada tanggal 1 oktober 1997, mengawali pendidikan pada sekolah dasar SDK Nagesapadhi pada tahun 2004 dan selesai tahun 2010, pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Pertama Swasta Kotagoa Boawaedan tamat pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA St. Clemens Boawae dan selesai pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan berhasil menyelesaikan studi di program studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering, jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering, Politeknik Pertanian Negeri Kupang.

Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering © 2025 Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Alamat: Jl. Prof. Dr. Herman Yohanes, Lasiana, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Telepon: +62380881600 Fax: +62380881601 Email: ppnk@politanikoe.ac.id. Designed By JoomShaper